5.15.2009

Gustavo Cisneros, Memantapkan Langkah Menjadi Raja Media (4-Selesai)

KONTAN, INTERNASIONAL, FENOMENA

RIKA THEO, FITRI NUR ARIFENIE

Setelah krisis usai, Gustavo Cisneros menghabiskan waktu dua tahun untuk menata kembali bisnisnya. Ia kembali menjual sebagian supermarket dan aset lainnya. Salah satu langkah kontroversial yang ia lakukan adalah menyetop kerjasama dengan Pepsi, kemudian menjalin kerjasama dengan Coca Cola. Cisneros juga makin menancapkan bisnis media di Amerika Latin. Tak hanya mengembangkan bisnis televisi, ia juga merambah bisnis radio dan internet.

DALAM dua tahun sejak krisis menerjang Meksiko di tahun 1994, Gustavo Cisneros menjual sebagian supermarket dan aset miliknya. Dia antara lain menjual Spalding dan Evenflo dan berhasil meraup dana US$ 1 miliar.

Ia juga menghentikan kerjasama perusahaan patungan produsen botol minumannya dengan Pepsi. Gustavo memperoleh US$ 300 juta dari penutupan ini. Hanya, langkah ini merusak hubungan baik perusahaannya, Cisneros Group, dengan Pepsi yang sudah berjalan selama 50 tahun. Pepsi bahkan sempat menuntut Gustavo dan Grup Cisneros. Pepsi menang dan Cisneros harus membayar Pepsi sebesar US$ 94 juta.

Toh, itu bukan akhir bagi Cisneros Group. Perusahaan ini malah bekerja sama dengan Coca Cola dan meraup untung dari sini. Tahun 1996, Cisneros kembali berjaya. Ia telah mengumpulkan bekal dana US$ 2 miliar dan ingin mengembangkan bisnis medianya di Amerika Latin.

Cisneros Grup mengakuisisi 20% saham Galaxy Latin America, perusahaan patungan yang memiliki jaringan televisi satelit DirectTV. DirectTV melayani 27 negara Amerika Latin dan mempunyai 450 juta pemirsa.

Dengan cara ini, Cisneros berhadapan dengan raja media Rupert Murdoch. Sebab, Murdoch bersama dengan pebisnis media Amerika Latin, mendirikan Sky Latin America Service.
Kemudian, pada akhir 1996, Cisneros Group bekerja sama dengan Playboy Enterprise. Mereka membuat dua jaringan televisi khusus dewasa untuk pemirsa Amerika Latin.
Grup Cisneros juga tetap aktif di industri minuman. Ia ikut bertempur dalam ketatnya persaingan bisnis bir di Amerika Latin.

Selain itu, pada 1997, perusahaan ini juga bekerjasama dengan perusahaan Amerika Serikat, Hicks, Muse, Tate & Furst. Mereka mendirikan Ibero-American Media Partner. Mereka mengakuisisi berbagai aset media di Amerika Latin, juga di Spanyol, Portugal, dan AS. Salah satu langkah besarnya adalah mendirikan Ibero-
American Radio Chile (IAMP), siaran radio terbesar di Chili.

Pada akhir 1998, Grup Cisneros menggandeng partner besar lainnya, yakni raksasa internet American Online (AOL). Ia menginvestasikan US$ 100 juta untuk membangun America Online Latin America. Gustavo rupanya melihat peluang bisnis besar di balik pertumbuhan pesat penggunaan internet di Amerika Latin.

AOL Amerika Latin merupakan jaringan internet terbesar milik Cisniros Group. AOL Amerika Latin telah terpilih sebagai perusahaan dengan pertumbuhan pasar paling cepat di kawasan itu. Data internasional menunjukkan, jumlah pengguna internet di Amerika Latin meningkat dari sekitar 15 juta pada tahun 2000, menjadi 75 juta pada tahun 2005 atau naik menjadi lima kali lipat.

Saat ini, Cisneros Group menguasai 39% saham AOL Latin America. AOL Latin America memiliki dua pesaing utama yaitu Universo Online dan Terra. Tapi kekuatan merek AOL sangat membantu menghadapi kompetitor, terutama di negara seperti Brazil dan Argentina. Tahun 2000, AOL Latin America pun melantai di bursa saham Nasdaq.

Dengan menguasai bisnis internet, televisi, dan radio, makin mantaplah posisi Gustavo dan Cisneros Group sebagai raja media di Amerika Latin. Gustavo akhirnya mulai melirik pasar lainnya. Ia memasarkan produk siarannya ke Amerika Serikat, Spanyol. Baru-baru ini, dia juga merambah China.

Pada 2005 silam, Gustavo pun mendapat penghargaan di bidang media dari MIPCOM sebagai "Personality of The Year". Koran New York Times juga menyebut Gustavo sebagai salah satu figur Amerika Latin yang paling berpengaruh di dunia. (Selesai)

Gustavo Cisneros, Masa Membangun Kerajaan Bisnis Media (3)

KONTAN, INVESTASI, FENOMENA

FITRI NUR ARIFENIE

Gustavo Cisneros berambisi menguasai pasar televisi Amerika Latin. Guna mewujudkan impiannya, ia gencar melakukan berbagai akuisisi. Bahkan, ia rela menjual sebagian bisnis supermarket dan perusahaannya yang lain sebagai penambah modal ekspansinya. Selain berbisnis, Cisneros juga berhubungan baik dengan Presiden Venezuela, Carlos Perez. Namun, hubungan ini menjadi bumerang ketika ekonomi Venezuela babak belur terkena hantaman krisis.

PADA era 1980-an, Gustavo mulai mengembangkan kembali bisnis media. Ia membentuk Rodven Group of Companies yang bergerak dalam bidang industri manufaktur video dan kaset.

Hasilnya, Rodven mulai memasuki pasar Amerika Serikat dan mengakuisisi 50% saham Top-Hits, salah satu produser musik berbahasa Spanyol pada tahun 1987. Berbarengan dengan ekspansi Rodven, siaran program-program televisi Venevision milik Gustavo juga menjangkau Amerika Serikat.

Di Venezuela, Gustavo juga membeli Cinemakit, sebuah perusahaan televisi dan film pada tahun 1985. Rangkaian akuisisinya terus bergulir. Tiga tahun kemudian, ia membeli produsen audiovisual Videomovil Color CA.

Selain menggeber bisnis media, Gustavo juga merambah bisnis fast food. Ia memperoleh hak eksklusif mengoperasikan Burger King dan Pizza Hut di seluruh Venezuela pada tahun 1980-an.

Namun memasuki tahun 1990-an, Cisneros lebih memperkuat lini bisnis medianya. Gustavo pun menjual sejumlah asetnya, misalnya supermarket, restoran makanan cepat saji, produsen produk bayi, alat-alat olahraga, dan es krim, agar bisa berkonsentrasi pada bisnis media.

Dari penjualan itu, ia memperoleh banyak dana untuk mengembangkan Venevision yang kemudian menjadi jaringan televisi ternama di Venezuela. Gustavo juga memiliki Venevision Internasional yang mendistribusikan program televisi di seluruh dunia. Salah satu produknya yang paling laris adalah telenovela. Dengan keberhasilan tersebut, Cisneros berambisi menguasai seluruh pasar televisi Amerika Latin.

Guna mewujudkan ambisinya, dia menggandeng seorang temannya, Emilio Azcarraga, salah seorang pemilik stasiun televisi Meksiko. Mereka berkongsi mendirikan perusahaan televisi Univision di Amerika Serikat pada tahun 1992. Gustavo menjadi pemegang saham terbesar Univision. Mereka bahu membahu membesarkan Univision di Amerika Serikat.

Univison merupakan jaringan televisi bagi kaum Hispanik di seluruh Amerika. Stasiun televisi tersebut menyiarkan aneka tayangan, dari sajian drama telenovela hingga siaran berita dari Venezuela dan Meksiko. Kini, Univision adalah jaringan televisi Amerika Latin terbesar di dunia.

Tak banyak ekspansi di luar bisnis selama era 1980-1990. Paling-paling, dia merambah bisnis properti di London Inggris. Gustavo membeli empat are lahan di Paternoster Square dan membangun kawasan bisnis.

Di luar urusan bisnis, Gustavo Cisneros dan adiknya, Ricardo Cisneros, menjalin hubungan akrab dengan para politisi dunia. Mereka sering menjamu Presiden Venezuela, Carlos Andres Perez.

Namun, situasi menjadi rumit ketika ekonomi Venezuela terpukul dan memicu krisis. Pada 1989, misalnya, para demonstran memprotes kebijakan pemerintah dan menjarah Cada Supermarket milik Gustavo. Ini terjadi karena demonstran menuduh Gustavo sebagai antek Perez. Tuduhan tersebut bukan tanpa dasar. Apalagi, ketika terjadi upaya kudeta pada 1992, Presiden Perez malah berlindung di studio televisi Venevision di Caracas.

Pada awal 1994, Banco Latino, bank terbesar kedua Venezuela kolaps. Sang adik, Ricardo Cisneros, kebetulan menjabat sebagai direktur bank itu. Ricardo pun dituduh terlibat skandal yang menyebabkan kejatuhan bank itu. Pukulan lainnya, Perez menjadi tahanan rumah selama dua tahun dengan tuduhan korupsi.

Di tengah hantaman berbagai skandal itu, Gustavo bertahan. Ia tetap menjalankan bisnis keluarganya dari Caracas. Agar bertahan, Gustavo memilih berfokus pada tiga sektor: ritel, media, dan minuman ringan. (Bersambung)

Gustavo Cisneros, Jadi Menantu Pesaing (2)

KONTAN, INTERNASIONAL, FENOMENA

FITRI NUR ARIFENIE

Gustavo Cisneros dan isterinya merupakan dua sosok sosialita terkenal dunia. Mereka membangun relasi dengan para politisi, selebritis dan penguasa berbagai negara. Gustavo juga terkenal karena idenya kreatif dan metode pendekatannya unik. Misalnya, Gustavo membuat kejutan ketika membeli perusahaan perlengkapan olahraga Spalding di saat Venezuela terkena resesi.

BISNIS Gustavo Cisneros makin kokoh setelah ia menikah. Maklumlah, ia menikahi puteri pesaing bisnis keluarganya. Pada tahun 1970, ia menikah dengan Patricia Phelps. Keluarga Phelps merupakan pendiri dan pemilik radio Caracas yang merupakan saingan utama Venevision milik Cisneros.

Gustavo dan Patricia Phelps de Cisneros memiliki reputasi kelas dunia sebagai pasangan Amerika Latin yang memiliki jaringan bisnis dan kegiatan sosial. Gustavo terkenal dengan ide-idenya yang kreatif serta metode pendekatannya yang unik. Ia bisa membuat hal-hal yang tidak terduga tapi menguntungkan bagi perusahaannya.

Pria berusia 64 tahun ini juga memiliki pergaulan luas di kalangan elite. Temantemannya berasal dari kalangan selebriti serta kalangan pejabat.
Selama bertahun-tahun Gustavo Cisneros dan keluarganya membangun hubungan erat dengan para politisi dan penguasa di seluruh dunia. Misalnya, David Rockefeller, Henry Kissingers dan pengacara Washington, Vernon Jordan. Gustavo juga menjalin hubungan baik dengan Carlos Andres Perez, mantan Presiden Venezuela.

Sedangkan Patricia terkenal sebagai penyuka barang seni. Ia juga kolektor benda seni. Tak heran jika pasangan ini mendirikan yayasan Cisneros yang bergerak di bidang pendidikan, budaya, lingkungan, dan kesehatan.

Grup Cisneros juga agresif. Pada tahun 1975, Cisneros mengakuisisi supermarket terbesar di Venezuela yang bernama Cada Automercado. Setahun kemudian, Cada Automercado adalah perusahaan Venezuela pertama yang berekspansi ke luar negeri. Cada mengakuisisi 20% saham International Basic Economy Corporation, salah satu perusahaan afi liasi Rockefeller Group.

Pada tahun 1976, Cisnero Grup sudah memiliki 48 gerai supermarket dan memproduksi belasan produk minuman bersoda. Grup bisnis itu bisa membesar karena mampu mengintegrasikan berbagai bisnisnya dan menggunakan satu perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang lain.

Misalnya, stasiun televisi Venevision menayangkan iklan setiap produk yang ada di supermarket mereka. Venevision, saat ini merupakan saluran yang paling dominan di Venezuela.

Bahkan, bintang-bintang baru opera sabun produksi Grup Cisneros juga mempengaruhi masyarakat untuk mengonsumsi minuman milik Cisneros dan menggunakan sampo Cisneros.
Grup Cisneros merupakan promotor pertama ajang Miss Venezuela. Sebagian wanita yang ikut serta dalam ajang itu juga nantinya menjadi model iklan produk Cisneros dan kerap tampil di saluran televisi Venevision.

Selain berbisnis barang konsumsi, Gustavo juga merambah bisnis yang berbau pornografi . Kebetulan, salah seorang keluarga Cisneros memiliki hak tayang saluran televisi Playboy.

Dia juga jeli mengamati kondisi pasar. Pada era tahun 1980-an, Venezuela mengalami inflansi tinggi mencapai 40%. Guna menghindari kerugian akibat situasi ini, Gustavo berinvestasi di luar negeri dengan membeli perusahaan raksasa olahraga Spalding seharga US$ 175 juta pada 1984.

Banyak yang tercengang dengan aksi tersebut karena keputusan Gustavo tadi bisa membebani keuangan Grup Cisneros. Menanggapi berbagai komentar tadi, dia berkata bahwa ia tidak akan membeli ataupun menjual bisnisnya apabila tidak mendatangkan keuntungan. Terbukti, dua belas tahun kemudian ia berhasil menjual Spalding seharga US$ 1,2. (Bersambung)

Gustavo Cisneros, Juragan Telenovela Amerika Latin (1)

KONTAN, INTERNASIONAL, FENOMENA

Gustavo Cisneros, memimpin dan membesarkan perusahaan warisan ayahnya, Cisneros Group. Ia mengembangkan kerajaan bisnisnya, mulai dari stasiun televisi terbesar di Amerika Latin, teknologi telekomunikasi, hingga perusahaan minuman. Ia terkenal sebagai miliuner ternama dunia. Mantan Presiden Amerika Serikat George Bush adalah temannya memancingnya.

GUSTAVO A. Cisneros Rendiles merupakan salah satu pemilik Cisneros Group. Grup ini terkenal sebagai pemilik perusahaan penyiaran swasta, media, dan teknologi komunikasi terbesar di Amerika Latin. Kelompok usaha ini memiliki jaringan bisnis telepon, televisi, hiburan dan barang konsumsi yang melayani 550 juta pelanggan berbahasa Spanyol dan Portugis.

Cisneros Group berpusat di Caracas, Venezuela. Salah satu pencapaian besar Cisneros Group adalah mengembangkan telenovela Venezuela. Mereka juga berhasil memasarkannya ke dunia internasional.

Usaha keluarga ini terdiri dari 70 perusahaan yang berlokasi di 39 negara. Selain Gustavo, kedua saudaranya yang lain, yakni Ricardo Cisneros dan Marion Cisneros, juga ikut menjadi pemilik perusahaan warisan ayah mereka itu.

Tapi, Gustavo lebih banyak berperan mengendalikan perusahaan tersebut, ketimbang kedua saudaranya itu. Ia kini menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) Cisneros Group.

Pria berusia 64 tahun ini tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Amerika Latin saat ini. Berdasarkan data majalah Forbes, kekayaan Gustavo Cisneros mencapai US$ 3,8 miliar. Ia pun menempati ranking ke-149 orang terkaya di dunia versi Forbes.
Gustavo Cisneros lahir di Caracas pada tahun 1945. Ayahnya merupakan pengusaha asal Kuba. Sedangkan ibunya berkewarganegaraan Venezuela.

Uniknya, Gustavo memiliki banyak kewarganegaraan. Selain Venezuela, ia juga memiliki kewarganegaraan Spanyol, AS, Kuba, bahkan Dominika. Ia seperti bunglon yang bisa berpindah kewarganegaraan ketika mendatangi suatu negara tertentu.

Gustavo merupakan anak keempat Diego Cisneros, pengusaha penting di Caracas. Awalnya, sang ayah hanyalah seorang imigran Kuba yang datang ke Venezuela. Karier Diego berawal dari sopir truk dan salesman. Kemudian, Diego Cisneros mendirikan jasa truk transportasi di Caracas pada tahun 1929. Perusahaan bernama D. Cisneros & Cia itu sukses.

Tapi, keberuntungan Diego benar-benar datang pada awal perang dunia II. Cisneros memperoleh hak untuk mendistribusikan minuman Pepsi pada tahun 1940. Mereka mengeduk untung sebab Pepsi menjadi minuman ringan pertama dan unik di Venezuela.

Setelah itu, keluarga Cisneros memegang kendali atas setiap produk Pepsi, baik distribusi minuman, maupun produksi gelas, botol, tutup botol, gula, bahkan kemasannya.

Kemudian Diego mendapat hak untuk menjual mobil Studebaker di Venezuela pada tahun 1947. Ia juga mendirikan perusahaan es krim pada 1952. Usahanya ini menjadikan Venezuela sebagai produsen terbesar es krim di Amerika Latin.

Baru pada tahun 1950-an, Diego mulai merambah bisnis radio dan saluran televisi. Tahun 1961, ia mendirikan stasiun televisi yang bernama Venevision. Saat itu, Gustavo Cisneros yang sudah beranjak remaja mulai belajar dan tertarik untuk menekuni bisnis televisi.

Setelah belajar dan mengenal dunia televisi, Gustavo akhirnya memutuskan untuk mengambil kuliah di Babson College, Amerika Serikat. Setelah menamatkan kuliahnya, Gustavo bekerja di stasiun televisi ABC di Detroit, Chicago, Los Angeles dan New York selama sekitar dua tahun.

Namun, Gustavo akhirnya kembali ke kampung halamannya. Ia mengambil alih bisnis sang ayah pada tahun 1970-an. Gustavo masih berumur 35 tahun ketika ia menjadi pimpinan perusahaan. Ia harus mengambil alih bisnis keluarganya karena sang ayah terserang stroke.

Gustavo berhasil mencapai sukses dalam berbisnis karena ia memiliki insting yang baik. Ia juga seorang pekerja keras. Meskipun Gustavo mendapatkan warisan dari sang ayah, tapi ia mampu mengembangkan perusahaan ini dalam skala internasional. (Bersambung)

5.03.2009

Jeritan keputusasaan

Aku meminta kepadamu, kembalikan tawaku
Aku memohon kepadamu, kembalikan senyumku
Aku berharap kepadamu, kembalikan semangatku
Aku mengiba kepadamu, kembalikan cinta yang telah kau ambil

Yah, memang aku yang memutuskan untuk mencintaimu,
Dan bukan kamu yang memaksaku untuk mencintaimu
Tapi, aku masih meminta pertanggungjawabanmu atas segala yang kuterima ini akibat mencintaimu
Aku minta kamu mengganti air mata yang telah aku keluarkan untuk menangisimu

Karena kamu yang datang dan mendobrak pintu hatiku dengan paksa
Karena kamu yang tiba-tiba muncul di tengah gurun pasir dan menawarkan oase yang aku butuhkan
Karena kamu yang berhasil menggoda hatiku dan membuatku bertekuk lutut

Jujur, aku bingung bentuk pertanggungjawaban apa yang aku minta kepadamu
Apakah aku harus memaksamu untuk mencintaiku ataukah menyuruhmu untuk berpura-pura mencintaiku

Aku membencimu setengah mati
Karena kau membuatku menjadi wanita yang lemah
Karena biarpun aku menangis untukmu, air mataku tak pernah kering bahkan masih bisa menangis untukmu
Karena aku hanya bisa menoleh padamu, hanya padamu

Sayang kebencianku padamu terkalahkan oleh cinta
Semakin aku membencimu, semakin aku sadar kalau aku mencintaimu, semakin aku tenggelam dalam kesedihan

Sekali lagi, aku kalah karena Cinta......

Transaksi Macet, BEI Akan Membenahi Sistem (Order jual Securities membuat perdagangan bursa saham terhenti dua kali)

KONTAN, Investasi, 24 April 2009

JAKARTA. Keluh kesah bertebaran di lantai bursa. Semua ini merupakan akibat dari kemacetan sistem perdagangan baru Bursa Efek Indonesia (BEI) bernama Jakarta Automatic Trading System Next Generation (JATS Next-G). Maklum, kemarin, JATS Next-G ngadat dua kali selama sekitar satu jam 45 menit.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyalahkan PT Trimegah Securities Tbk (TRIM) sebagai penyebab kemacetan sistem perdagangan kali ini. "Kekacauan sistem terjadi ketika Trimegah melakukan order jual saham PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) sebanyak 220.000 kali," kata Direktur Perdagangan Saham, Penelitian dan Pengembangan Usaha Bursa Efek Indonesia (BEI), MS. Sembiring.

Menurut data yang sempat terekam RTI, Trimegah 29.749 kali memasukkan order jual 10 lot saham BLTA di harga Rp 740 per saham. Order itu muncul dalam kurun waktu satu menit pada pukul 09.31 WIB.

Sementara, pada sesi perdagangan kedua, BEI juga menuding Trimegah menjadi penyebab kemacetan sistem perdagangan. Berdasarkan data BEI, Trimegah memasukkan order jual sebanyak 7,6 miliar saham BLTA sebanyak 7.444,7 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,3 triliun.

Peralihan sistem di Trimegah

Avi Yasa Dwipayana, Direktur Utama Trimegah Securities mengakui bahwa perusahaannya sedang menjalankan transisi dari sistem lama ke sistem baru. Tapi, ia tidak menyangka kondisi itu bisa menimbulkan gangguan pada sistem perdagangan BEI. "Setelah mengalami gangguan, kami langsung membatalkan order transaksi itu," ujarnya.

Namun, Trimegah menyangkal sistem JATS Next-G ngadat pada sesi kedua karana kesalahannya. "Kami sudah mematikan remote trading pada sesi pertama," tandas Avi.
Namun, Avi mengakui, kerusakan pada sistem perdagangan Trimegah bukan yang pertama kali. Oleh sebab itu, Trimegah sedang pindah ke sistem terbaru yang disebut S21. "Sistem ini juga dipakai oleh lebih dari 50 broker," ujarnya.

Kejadian ini menjadi pelajaran bagi BEI. Direktur Pencatatan BEI, Eddy Sugito Eddy menilai, tidak ada unsur kesengajaan dari kejadian kemarin. Maklum, sebelumnya beredar spekulasi bahwa terhentinya sistem ini merupakan sabotase sebagai imbas pertarungan para kubu calon Direksi BEI. "Itu gosip," katanya.

BEI pun akan menambah kapasitas memori sistem JATS Next-G sehingga sistem transaksi ini bisa menangani 1.000.000 order sehari. BEI akan menggandeng Berca Group untuk pembenahan itu. "Jika barangnya bisa diperoleh, Sabtu kami akan melakukan uji coba," imbuh Direktur Informasi dan Teknologi BEI, Bastian Purnama. Selanjutnya, sistem dengan kapasitas baru itu akan mulai beroperasi pada hari Senin mendatang (26/4).

Fitri Nur Arifenie, Yuwono Triadmodjo, Hendra Soeprajitno

Perdagangan Saham Macet Hampir Dua Jam (Beragam spekulasi beredar mengiringi kemacetan sistem transaksi di bursa)

KONTAN, Investasi, 24 April 2009

JAKARTA. Sistem perdagangan baru bernama Jakarta Automated Trading System Next Generation (JATS Next-G) kebanggaan Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat gundah investor. Kemarin (23/4), sistem baru yang menghabiskan dana US$ 5 juta itu macet dan menyebabkan transaksi saham terhenti dua kali, total selama 1 jam 45 menit.

Pada sesi pertama perdagangan, sistem terhenti selama 10 menit terhitung 9.35 hingga 9.45 WIB. Sistem itu kembali macet pada sesi kedua perdagangan, pada pukul 14.26 hingga 15.30 WIB. "Sistem transaksi terhenti (trading halt) sehingga kami mematikan JATS-Next G," kata M.S. Sembiring, Direktur Perdagangan Saham dan Pengembangan Usaha BEI, kemarin.

Beragam spekulasi pun muncul mengiringi macetnya sistem transaksi bursa itu. Ada yang bilang, ini merupakan sabotase dan efek pertarungan para kubu kandidat Direksi BEI. Bahkan ada yang bilang ini adalah imbas perpecahan elite politik nasional.

Ada juga yang berspekulasi bahwa kejadian kemarin untuk menjaga supaya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak menukik lebih dalam. Maklum, sewaktu JATS Next-G mogok, IHSG sudah turun di atas 1%.

Toh, Bastian Purnama, Direktur Informasi dan Teknologi BEI, memastikan penyebab terhentinya sistem ini murni urusan teknis. Sebab ada lonjakan jumlah order melebihi kapasitas JATS Next-G menjadi 380.000 order.

Lonjakan itu terjadi akibat ada permintaan jual besar-besaran saham PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) dari Trimegah Securities cabang Medan. "Kapasitas sistem jadi penuh karena ada order dari Trimegah sebanyak 220.000 kali atau 84% dari total transaksi," kata Bastian.

Direktur Trimegah, Rosinu mengakui, kemacetan yang terjadi pada sesi pertama merupakan kesalahan Trimegah. Tapi, ia menampik tuduhan bahwa perdagangan sesi kedua terhenti akibat kesalahan Trimegah. "Kami tidak melakukan transaksi melalui remote trading pada sesi kedua," tandasnya.

Entah mana yang benar. Yang jelas, Sembiring menyatakan, BEI akan memberi teguran keras pada Trimegah.

Fitri Nur Arifenie, Yuwono Triatmodjo