6.20.2011

berdamai dengan perubahan

Sudah lama saya tidak mengupdate blog ini setelah tulisan terakhir tentang KIMCHI. Alasannya cukup sederhana karena kesibukan pekerjaan dan pekerjaan tambahan membuat saya tidak memiliki waktu untuk menulis yang lain selain berita. Kali ini saya ingin bercerita soal perubahan yang terjadi dalam kehidupan saya.

Ibarat drama korea yang memiliki puluhan episode, begitupun juga dengan kehidupan saya. Setiap tahun selalu saja terjadi perubahan, setiap tahun selalu penuh dengan babak baru. Dan setiap episode kehidupan selalu memiliki cerita dan makna tersendiri. Bedanya, kalau drama korea saya tahu kapan episode akan berakhir. Dalam kehidupan sebenarnya, saya tidak tahu kapan episode akan memasuki tahap akhir.

Memasuki tahun 2011, saya cukup optimis bisa melalui tahun ini dengan catatan Tuhan masih memberikan saya kesempatan untuk hidup. Kegagalan pada tahun sebelumnya sudah saya tinggalkan sebagai kenangan dan pelajaran. No regrets! karena waktu itu terus maju. Umur terus bertambah dan saya tidak mau terjebak dalam kenangan kosong yang semu. Sementara keberhasilan pada tahun sebelumnya membuat saya lebih mawas diri untuk tidak bersikap sombong. Obsesi dan ambisi tahun-tahun sebelumnya membawa saya ke tahun ini supaya bisa berbuat lebih baik lagi. Do the best! :D

Yang menjadi catatan saya, tahun 2011 terjadi fase perubahan yang signifikan dalam diri saya. Namun, perubahan-perubahan itu yang membuat hidup saya selama enam bulan pertama tahun ini lebih menarik daripada bayangan saya. Yup, saya sedang bosan dengan rutinitas selama ini. Libur dan cuti tak mampu menyembuhkan semuanya. Justru perubahan ini yang membuat kehidupan saya tidak bosan lagi.

Mulai dari keluarga. Menurut saya, terjadi perubahan dalam hubungan saya dengan keluarga. Saya sedikit menjauh dari ayah dan ibu. Ada alasan yang tidak bisa saya bagi, yang membuat saya sedikit menghindari mereka. Kalau dulu, saya selalu bercerita kepada ibu, untuk tahun ini volume percakapan itu jarang terjadi.

Namun, saya mulai tidak bertengkar dengan kedua adik saya. Kalau dulu saya selalu menganggap adik-adik saya adalah anak kecil yang harus diatur supaya tidak salah langkah. Kali ini saya ingin memberikan kepercayaan untuk mereka melangkah dan menjalani kehidupan. Saya ingin mereka memilih apa yang sesuai untuk mereka. Meski begitu, pilihan itu adalah pilihan dengan jalan kebenaran dan bukan jalan kesesatan.

Hubungan kami bertigapun lebih membaik dari hubungan-hubungan sebelumnya. Saya selalu bilang kepada mereka untuk pendidikan no satu, pacaran no terakhir. Karena masa depan mereka masih panjang. Saya ingin mereka bermimpi dan meraih mimpi tersebut. Saya mungkin keras dan disiplin terhadap mereka berdua, tapi saya ingin mereka lebih berhasil dari saya, memiliki karir dan kehidupan yang sukses. Dengan begitu, saya tidak perlu khwatir dengan mereka lagi.

Padahal, kalau diingat ke belakang, hubungan kami bertiga tidak pernah harmonis. Selalu bertengkar dan bertengkar. Rumahpun tidak pernah sepi. Kalau salah satu menangis, pasti salah satu berteriak. Bahkan, saya pernah merasa sungguh tidak enak memiliki adik, karena hanya menganggu. Untunglah, ibu saya cukup sabar menghadapi ulah kami bertiga. Sedangkan ayah saya selalu sibuk di kantor. Yah, maklum sebagai karyawan PLN yang selalu dicaci ketika byar pet membuat ayah saya sering kali di kantor ketimbang bersama keluarga. Ada gangguan sedikit saja, bisa-bisa semalaman ayah saya tidak pulang untuk memperbaiki kerusakan. Kadang, saya suka kesal dengan mereka yang memaki PLN. Setrum byar pet karena memang daya-nya tidak cukup, mau investasi PLN tidak punya uang karena tarif listrik yang murah meriah. Saya sebagai keluarga PLN merasa tidak enak memiliki ayah yang bekerja di perusahaan setrum plat merah. Kami jarang berlibur karena cuti cukup sulit, bahkan kadang ketika lebaran kami terpaksa tidak pulang kampung merayakan lebaran bersama keluarga besar karena ayah tidak mendapatkan jatah cuti alias kena giliran piket untuk membuat listrik menyala terus.

Hubungan saya dengan adik-adik saya mulai berubah ketika saya memasuki kuliah. Ketika SMApun saya masih bermusuhan dengan adik-adik saya. Jika diingat ke belakang, saya adalah kakak yang selalu bersikap egois dan menang sendiri. Maklum, anak pertama dan selama lima tahun pertama saya selalu dimanja. Apapun yang saya inginkan, pasti selalu dikabulkan oleh orang tua saya. Ketika saya memiliki adik pertama, sikap saya benar-benar memusuhi keluarga saya. Apalagi ketika itu, saya tiba-tiba dibuatkan kamar sendiri dan lebih sering bersama dengan pembantu. Sedangkan ayah sibuk bekerja dan ibu saya sibuk dengan bayinya. Begitupun juga dengan perhatian keluarga yang lain lebih kepada adik saya. Sedangkan saya selalu merasa terpinggirkan. *lebay.com*

Kondisi ini masih belum berubah, ketika saya mulai dewasa. Bahkan rasa iri saya makin bertambah. Karena orang tua selalu bersikap tidak adil. Hanya karena kondisi fisik adik saya yang lemah membuat orang tua saya selalu menuruti apa yang dia inginkan. Sedangkan untuk saya, saya harus berprestasi bagus lebih dahulu di sekolah baru diberikan hadiah. Orang tua lebih bersikap keras mendidik saya ketimbang kedua adik saya. Karena mereka beranggapan saya adalah anak pertama yang harus bisa menjadi panutan dan pemimpin untuk kedua adik saya.

Meski saya bersikap kejam terhadap adik saya, mereka berduapun kadang menerima. Bahkan mereka masih bisa bersikap baik terhadap saya. Aghhh...bukan masa-masa yang indah. Saya selalu merasa bersalah ketika mengingat hal itu terjadi. I'm not a good sister! Untungnya, orang tua saya tidak pernah menyerah dalam mendekatkan kami. Orang tua saya selalu mencari cara untuk membuat saya dekat dengan mereka. Entah itu selalu membelikan baju kembar, berbagai kamar atau menugasi saya untuk menjaga adik-adik saya ketika orang tua saya pergi. Fiuh, menjadi anak pertama dan kakak itu sulit.

Di ingkungan pekerjaan. Terjadi perubahan yang cukup besar buat saya. Well, desk saya masih tetap kompartemen energi dan ngepos di energi. Namun, pada awal tahun ini, banyak karyawan-karyawan dan teman-teman saya yang keluar berjamaah dan eksodus ke koran tetangga karena tidak puas dengan kebijakan kantor. Salah satunya adalah teman tandeman saya di energi, redaktur saya yang paling cerewet namun mengajari saya banyak hal dan juga teman nongkrong sekaligus redaktur saya.

Ketiga orang itulah yang membuat perubahan besar buat pekerjaan saya. Pertama, teman tandeman di energi membuat saya mengenal lingkungan baru. Saya lebih banyak berinteraksi di energi ketimbang di kementrian BUMN. Kalau dulu, saya cover berita energi berdua dengan dia, saat ini saya sendirian. Tak ada teman curhat dan teman berbagi ketika mendapat tugas-tugas aneh bin ajaib. Well, kadang kala saya merindukan kerjasama tersebut.

Kemudian redaktur saya. Memang ia adalah orang yang paling cerewet dan paling detail. Kadang sayapun dibuat kesal oleh pertanyaan-pertanyaannya. Tetapi justru dari dialah saya belajar banyak hal mulai dari cara memilih angel yang benar, melontarkan pertanyaan yang tepat kepada narasumber dan menembus narasumber. Dia termasuk redaktur yang memberikan solusi ketika menemui jalan buntu bukan tipe redaktur yang lepas tangan. Dulu, ketika saya masih bersama dia di desk nasional, dia mampu membuat saya sebal. Bagaimana tidak, dalam sehari saya harus menempuh perjalanan Dephut-DPR-KPPU (Juanda)-Deptan (Ragunan) dan kantor (Kebayoran Lama) --> rute yang bisa bikin orang stres apalagi ketika itu saya masih memakai transportasi umum. Membelah jalanan jakarta dengan transportasi umum bisa memperpendek umur.

Yang membuat saya paling shock adalah teman nongkrong sekaligus redaktur saya juga memutuskan untuk keluar dari kantor dan pindah ke salah satu wire asing. Saya sedih dengan kepergiannya, tapi apa boleh buat. Setiap orang itu memiliki pilihan. Bagaimanapun saya harus belajar untuk beradaptasi dengan perubahan. Hingga suatu saat sayapun bilang kepada diri saya sendiri: So what kalau berubah? Pilihannya adalah berjalan maju atau jalan di tempat. Dan sayapun memilih untuk berjalan maju. Melawan perubahan hanya akan menghabiskan waktu.

Kemudian untuk urusan asmara, perubahan paling nyata adalah saya bisa berdamai dengan luka. Setelah membutuhkan waktu bertahun-tahun, akhirnya sayapun menyerah. Saya setuju dengan anggapan bahwa waktu akan menyembuhkan segalanya. Bagi saya seorang cancer selalu membutuhkan waktu lama untuk sembuh jika menyangkut urusan hati. Karena kami kaum cancer selalu lebih menggunakan hati daripada logika. Dan ketika tersakiti, seperti kepiting, cancer akan mencapit dan membuat pertahanan diri meski benda asing itu tidak bermaksud menyakiti.

Perubahan paling menarik dan paling tak disangka adalah saya sangat addicted dengan pria-pria Korea. Entah sejak kapan, tapi bukan hanya kepincut dengan drama, saya mulai menyukai kpop. Sejak dulu, saya menyukai drama korea. Pertama kali melihat winter sonata dan endless love, saya sangat menyukai drama korea. Meski saya juga menyukai beberapa drama Jepang (khususnya yang main om takuya kimura dan mas hideaki takizawa). Saya menyukai drama korea dan jepang sejak kelas 1 es-em-pe.

Dengan berkolaborasi dua wartawan penggila drama korea lainnya, sayapun dengan mereka mulai mengunduh drama korea terbaru setiap episodenya. Setiap hari, dimanapun asal ada wi-fi pasti episode-episode drama korea selalu bisa terkumpul. Paling menyenangkan ketika di DPR, karena saya setiap harinya bisa terkumpul minimal 3 episode. Sambil mendengarkan rapat yang membosankan, saya memulai aktivitas yang menyenangkan. Bahkan, saking kencengnya wifi saya mampu mendengarkan radio streaming korea yang memutar lagu-lagu korea terbaru.

Aliran musik saya juga sudah mulai berubah. Tadinya penyuka lagu barat, kini laptop, mp3 semuanya penuh dengan koreanpop. Setiap waktu dan setiap saat, saya selalu mendengarkan musik-musik korea. Selera saya terhadap beberapa lagu barat sudah hilang. Diantara penyanyi Korea yang seabrek saya paling menyukai Super Junior, TVXQ/DBSK dan Big Bang. Super Junior adalah pertama kali saya jatuh cinta dengan koreanpop. Karena merekalah, saya memutuskan untuk membuat twitter. Setiap member Super Junior memiliki twitter mereka sendiri. Aih, alasan yang konyol mengingat sebelumnya saya adalah orang yang anti twitter.

Puber kedua mungkin itu istilah yang paling tepat buat saya saat ini. Kenapa puber kedua, karena ngefans dengan artis, menggilai tiap lagunya bahkan ingin mengkoleksi poster dan marchandisenya adalah hal yang saya tinggalkan sejak beberapa tahun lalu. Saya berhenti ketika memasuki bangku kuliah. Sudah tidak ada lagi poster Backstreet Boys dan Raul Gonzales yang bertengger di dinding kamar saya. Bahkan, saat ini saya tidak tahu kemana semua barang koleksi saya mulai cassette, CD, poster, foto, dan majalah-majalah yang memuat story soal mereka. Terakhir, saya menemukan tumpukan poster itu di gudang (lima tahun lalu/2005).

Dan paling parahnya, saya merasa enjoy dan tidak malu memberitahu kepada semua orang saya menyukai pria-pria itu. Padahal, streotipe pria-pria korea seperti manekin atau terkesan melambai karena suka dandan dan oplas. Setidaknya saya tidak bersikap fake. Ah, apapun itu, saya tetap menyukai mereka. Selain musik, drama, sayapun mulai merambah ke acara-acara reality show di korea, mulai dari star king, family outing, star king, we've got married, intimates notes, mystery six, idol army, dll. Youtube dan modem adalah teman setia saya ketika mengumpulkan kepingan demi kepingan korea tersebut. Bahkan, saya termasuk beruntung, karena mimpi sayapun terwujud. Tidak perlu menunggu tahun depan dan di negara tetangga untuk melihat aksi panggung Super Junior. Tepat pada tanggal 4 Juni 2011, saya bisa menyaksikan aksi live mereka.

Hobi baru saya ini membuat saya menambah teman, tentunya mereka-mereka yang juga penyuka Korea. Ah, di komunitas korea itulah saya belajar soal loyality, kesungguhan dan fokus. Saya benar-benar kagum dengan kesungguhan mereka para fans untuk artis. Meski kadang beberapa tindakan mereka menurut saya terlalu ekstrem. Saya beruntung karena sahabat-sahabat terdekat saya mendukung saya. Mereka tidak mengolok-olok saya menyukai pria-pria hanguk ini. Tidak seperti ada beberapa orang yang menganggap saya aneh, karena menyukai pria seperti mereka. Ah, suara-suara sumbang yang tidak saya pedulikan.

Saya menyukai perubahan ini. Dengan berdamai dengan perubahan, saya akan menikmati hidup, Seperti kata seorang teman: untuk sekali seumur hidup kadang kala berbuat sesuatu yang lain itu menyenangkan. Kalau hidup kita flat, mungkin udah saatnya untuk membuat space dan perubahan. Buat kalian sahabat-sahabat tersayangku, semoga kalian juga mengalami perubahan yang sama sepertiku. Perubahan untuk menuju yang lebih baik. Jangan pernah lelah ataupun menyerah! Kalau hidup sudah membosankan, carilah cara untuk membuat hidup itu menyenangkan. Jaga kesehatan ya neng!