1.15.2011

Titik Nadir

Yes, it's friday. Senangnya sudah hari jumat. ini berarti besok libur. Selama seminggu terakhir, saya sudah sibuk bermalam di RS selama tiga hari, cucian seabrek, harus kerja bakti membersihkan kamar kosan yang sudah berdebu, lemari baju yang harus ditata ulang ditambah dengan setrikaan yang menggunung. Pekerjaan menumpuk di sana sini. Belum lagi dengan adanya deadline tulisan lifestyle yang mendadak. Oh, I hate my life but I'm enjoy it.

Jumat siang ini tak ada agenda. Hanya menunggu janji wawancara dengan salah satu pejabat panas bumi setelah sholat jumat di kantornya. Tulisan life style sudah hampir jadi, hanya tinggal menunggu balasan email dari salah satu dokter di rscm. Eh, tak disangka, di kantor itu ada menteri esdm yang sedang rapat antara DEN dan bappenas. Wah, bisa ditanya soal capping listrik.

Asyik mendengarkan narasumber, tiba-tiba ada email masuk. "Ada conpres di kementrian esdm jam 15.30". Ah, conpres apa lagi ini. Toh, soal TDL dan capping, Menteri ESDM ngomongnya hanya itu mulu. Semakin malas, ketika mengetahui informasi bahwa yang akan mengadakan conpres adalah salah satu staf menteri.

Namun, saya memilih untuk melanjutkan sesi wawancara dengan pejabat panas bumi. Karena ada beberapa data yang ingin saya kejar. Tiba-tiba saja ada sms. Saya juga meninggalkan acara pelantikan direksi djakarta llyold di kantor kementrian BUMN.

15:27
Fen, ada konpres di esdm jam 16.00 soal listrik apa bisa liput?

15:46
maaf mas, kayaknya ga bisa. Skg aku msh janjian ama direktur panas bumi soal ppa pln ama wkp panas bumi. Kasih aja ke anak nasional mas, biasanya kalo tarif listrik kan mereka.

15:49
Ini karena semua anak nasional tidak ada yang bisa sehingga redex minta feni bisa bantu

15:56
tp aku masih ngobrol ama direktur panas bumi mas. Lagian yang conpres juga kardaya, staf menteri bukan menterinya. Yawda ntar deh mas kalo nutut aku ke sana. Soalnya ga enak motong wwcr ama direktur panas bumi. aku udah janjian

15:55
Feni, akhirnya anak nasional bisa.

Oke, beres. berarti saya tetap meneruskan perbincangan dengan direktur panas bumi tersebut. Terus terang saja, saya tertarik dengan persoalan panas bumi ini. Pengembangannya begitu lambat. Padahal kontribusinya cukup dibutuhkan untuk menjaga ketahanan energi. Bahkan Presiden SBY menggunakan daya tarik panas bumi untuk mendongkrak citranya di kancah internasional. Ah, memang presiden yang satu itu, takut sekali jika citranya jelek.

16:13
Feni, yang life style kurang. Harus ada konsumennya. Karena ini rubrik gaya hidup bukan trend atau rubrik kesehatan. Jadi harus ada ceritera dari beberapa wanita yang keranjingan ke spa vagina ini. namanya boleh samaran. kalau angle trend atau kesehatan pernah ditulis.

Duh, mau cari di mana narasumber itu. Tuing-tuing kepala saya pening. Saya memang baru mengerjakan tulisan life style itu hari Kamis. Karena, saya baru tau saya mendapat giliran life style hari selasa. Sedangkan hari Rabu itu, saya sibuk mengurus saudara saya yang sedang tertimpa kecelakaan. Belum lagi mengurus berita harian.

Okey, tanpa banyak mengeluh saya akan ke rumah spa. Tapi ternyata, ketika sampai di sana, rumah spa yang berlokasi di jakarta selatan itu sudah tutup. Maklum sudah jam 5.00 sore. Karena, saya baru kelar wawancara sekitar jam 4.30 sore.

O,iya saya lupa. Saya masih memiliki tanggungan berita capping tdl yang belum saya kerjakan. Akhirnya, saya menepi dan mampir di sebuah rumah makan. Sambil makan (akhirnya!!! karena seharian belum terisi nasi), saya mengerjakan tulisan itu. Butuh kerja keras, pasalnya omongan menteri yang satu itu tidak ngelit sama sekali. Terpaksa harus menghubungi PLN dan narasumber lainnya. Alhamdulillah, narasumber itu baik hati sekali. Mereka mau menjawab meski seadanya.

18:18
Mas, aku kirim soal tdl dari PLN ama menteri esdm. Tadi siang sempat ketemu doorstop jumatan, Siapa tau buat tambahan. Soal spa v, ga nemu konsumennya. Tadi sore aku mampir di wilayah jaksel udah tutup. wwcr ama panas bumi baru kelar jam 4 sorean. thanks

sepi. tak ada balasan. Tumben dia tak membalas. Oh, mungkin dia sedang ngambek karena tidak mendapatkan dari konsumen. Toh, saya sedang sibuk mengejar berita untuk hari senin. Ah, sudahlah. saya sudah capek dan lelah menghadapinya. Berpikir saja positif bahwa dia sedang sibuk.

Saya sudah menuruti semua yang menjadi keinginannya. Disuruh ke sana, saya ke sana. Disuruh ke sini, saya mengikutinya. Bahkan, ketika hari libur yang seharusnya menjadi hak saya, saya disuruh masuk karena kurang orang, saya masih masuk. Ketika halaman masih kurang berita, saya turuti dia mencari berita lain. Padahal waktu itu, saya sudah menyetor jumlah berita yang lumayan.

Bahkan, ketika itu baru pulang dari Cirebon, besok paginya sudah harus ke Cilegon. Rasanya seperti tak ada orang lain saja. Saya sudah berusaha sabar menghadapinya. Tahun lalu, saya sudah menghanguskan tujuh jatah cuti saya karena tak boleh libur olehnya. Alasannya banyak yang cuti dan kurang orang. Duh gusti, harus apa lagi bisa membuat dia puas. Semuanya terasa tak ada yang sempurna di matanya meski sudah ke sana sini. Saya juga tak peduli dengan KPI, penilaian. Pengaruhnya hanya ada kepada bonus. Uang bukan ukuran segalanya buat saya. Saya hanya ingin ketenangan dan kebahagiaan. Saya tak peduli dengan ketidakadilan. Toh, dunia ini memang sudah tidak adil.

Terogong
0:33
15/1/2011