12.05.2011

Menagih janji promotor (promotor abal-abal: konser batal, duitpun ikut melayang)

November...!!!!!
Saya sangat menantikan November. Saya tak sabar dengan November. Pasalnya, di bulan itu akan digelar dua konser tunggal boyband dan band asal Korea Selatan di Jakarta. Setelah "2PM" berhasil menggebrak Jakarta pada tanggal 11 November 2011, Rencananya "CNBlue" juga akan menyapa penggemarnya di Jakarta tanggal 26 November 2011.

Boom!!! Dua hari menjelang hari-H dan konser CNBlue "Blue Storm" di Jitec, Mangga Dua Square, Jakarta dinyatakan batal. Huaaaaa..... Yang terlintas dalam pikiran saya adalah: I want my money back!!!! Setidaknya ini pelajaran buat saya supaya tidak sekedar mengikuti hawa nafsu dan berpikir rasional. Promotor baru dan belum pernah ada jejak rekamnya tapi saya berani membeli tiket. Sekarang cuma manyun, menunggu proses refund yang cukup lama. Saya cuma berharap promotor "Starlight Management Indonesia" memenuhi janjinya untuk bertanggung jawab mengembalikan uang tiket. Lumayan-lah bisa buat tambahan konser SS4 tahun 2012.

----

Twitter bukan hanya sekedar soal tulis status. Twitter merupakan jaringan pertemanan sosial yang paling ampuh untuk menyebarkan berita. Apalagi untuk dunia Kpopers, twitter adalah makanan pokok sehari-hari. Lewat twitter, saya mendapatkan berita soal pembatalan konser blue storm mulai ketika masih rumor hingga resmi.

Tanggal 23 November 2011, saya di mention oleh teman untuk siap-siap menerima kabar buruk pada tanggal 24 November 2011. Meski teman itu tidak memberi tahu kabar apa, saya menduga terkait dengan pembatalan konser CNBlue tanggal 26 November 2011. Kemudian, sayapun mencoba mencari tahu. Bukannya makin tenang setelah mencari tahu, saya makin was-was. Kesimpulannya, setiap rumor baik di dunia saham atau perKpopan selalu membuat kepanikan massal.

Namun kemudian, pada hari yang sama Starlight_id (promotor blue storm) mentwet: penukaran tiket dilakukan pada tanggal 25-26 November. Tidak ada penukaran tiket tanggal 24 November. Waktu penukaran akan ditentukan kemudian. Ada sedikit rasa lega bahwa batalnya CNBlue konser di Jakarta cuman hoax, meski rasa khawatir tak juga menghilang!

Esok hari, sampai di kantor bukannya membaca koran seperti biasa, saya langsung surfing ke dunia maya. Menyalakan PC dan online di twitter. Jrengg... Kabar buruk itu menjadi kenyataan. FnC (management CNBlue) merilis pernyataan resmi bahwa Blue Storm resmi batal di Indonesia. Alasannya karena promotor telah menyalahi kontrak dan tak sanggup untuk memenuhi permintaan FnC. Sayangnya, FnC tidak menyebut kontrak apa yang telah dilanggar.

Saya langsung lemas seketika. Bukan karena gagal ketemu Yong Hwa dkk melainkan lebih mengkhawatirkan pengembalian uang tiket. Sayangnya dari pihak Starlight_id belum ada pemberitahuan resmi. Baru pukul 11.OO atau 12.OO ada pengumuman resmi batal. Tanggal 24 November 2011 konser blue storm di Indonesia resmi batal.Sadisssss!!!!!!

Dalam keterangan resmi pihak Starlight_id menyatakan di dalam kontrak menyebutkan konser baru akan digelar ketika penjualan tiket sudah mencapai 80%. Namun, hingga H-2, tiket yang baru terjual sebesar 60%. Alhasil, FnC memutus kontrak secara sepihak. Pihak Starlight_id berdalih tak terpenuhinya kuota tiket karena adanya perubahan venue (lokasi) dua minggu sebelum hari-H. Lokasi yang semula di Skeeno Hall, Gandaria City beralih ke Jitec, Mangga Dua yang notabene kapasitas penonton dua kali lipat.

Kapasitas Gandaria City mencapai 2.000 orang sedangkan kapasitas Jitec sebesar 6.500 orang. Otomatis, syarat kuota 80% makin melambung. Bahkan, Starlight_id mengaku sudah mati-matian bekerja keras untuk menjual tiket. Mereka juga sudah banting harga untuk kelas navy blue buy 1 get 1. Bahkan, kelas sky blue yang awalnya Rp 638.OOO diobral murah dengan harga Rp 350.000. Hingga H-2, tiket yang terjual baru sekitar 3.600 tiket.

Perang opini, pendapat dan saling bully di twitter atau forum mulai. Boice di Indonesia (sebutan fans CNBlue) menyalahkan FnC dan merasa iba terhadap Starlight_id. Apalagi diketahui, FnC juga pernah membatalkan konser FT Island 3,5 jam sebelum konser di Malaysia karena penginapan yang tak layak buat artisnya. Kemudian banyak juga yang mengungkit batalnya konser di Thailand. Padahal setelah ditelusuri, konser blue storm di Thailand diundur hingga tahun depan karena ada musibah banjir.

Peperangan di dunia maya tak berhenti sampai situ. Boice di beberapa negara seperti Jepang, Korea mengomentari Boice Indonesia yang menyalahkan FnC. Alih-alih menyalahkan FnC, Boice Jepang itu menyalahkan promotor dan Boice Indonesia yang tidak membeli tiket. Well, Boice Jepang itu menganggap Boice Indonesia tidak serius sehingga tiket kurang laku terjual.

Buat saya, FnC memang kejam membatalkan kontrak secara sepihak. Tapi guys, kontrak adalah kontrak! Hukumnya tegas! Sudah menjadi rahasia umum, kalau artis Korea pasti menuntut macam-macam. Karena, management artis Korea cukup ketat dan detail. Mereka selalu menetapkan keamanan dengan standar tinggi dan panggung yang maksimal demi kepuasaan penonton. Kalau Marygoops aja bisa memenuhi tuntutan 2PM, kenapa Starlight_id tidak? Ini berarti bukan salah FnC tetapi promotor.

Terdapat hal yang mengganjal buat saya. Pertama soal kuota tiket yang tak terpenuhi. Setahu saya, laku atau tidak laku mestinya the show must go on. Toh, artisnya kan tidak dibayar berdasarkan jumlah tiket yang terjual.

Kedua adalah pemindahan lokasi! Dalam keterangan resmi menyebutkan perpindahan lokasi atas kemauan dari FnC. Pemindahan lokasi dilakukan setelah wakil dari FnC mengadakan survey. Pertanyaan besar buat saya adalah kenapa mereka menjual tiket baru survey lokasi. Seingat saya, konser Korea yang saya ikuti tak pernah berubah venue. Kalaupun FnC meminta venue berubah, kenapa starlight tidak sekalian saja menuntut FnC soal pemindahan lokasi? Kalo kuota 80% ada di kontrak, venue juga harusnya ada di kontrak.

Okelah! Dengan kepala dingin saya mencoba masih percaya Starlight akan mengembalikan uang saya. Meskipun di update twitternya mereka sepenuhnya akan bertanggung jawab terhadap refund. Bukan berarti saya langsung diam dan pasrah.

Hari Sabtu, 26 November 2011 saya mencoba untuk menyambangi kantor starlight di Jl. Fatmawati Raya No 39 Komplek Ruko Duta Mas Blok A1 No 11. Namun, di luar dugaaan alamat tersebut bukanlah milik starlight melainkan milik Ananda Sukarlan music and centre. Padahal, alamat tersebut sesuai dengan alamat yang tertera di bukti voucher mereka. Damn! This EO really shit! Parahnya lagi, salah satu staf di kantor tersebut mengaku bahwa Ananda Sukarlan sudah menempati ruko tersebut 1,5 tahun yang lalu. OMG!

Kekhawatiran saya makin bertambah ketika saya melanjutkan lagi menyelam di forum-forum dan menemukan rumor. Rumornya adalah pihak starlight belum membayar uang muka hingga deadline waktu. Makanya FnC secara sepihak membatalkan konser. Kalau rumor itu benar berarti starlight berbohong soal kuota tersebut. Well, kebenaran soal ini hanya Tuhan, FnC dan starlight yang tahu. Saya mencoba mengkonfirmasi hal ini kepada pihak FnC namun sayangnya belum ada balasan email dari FnC :'(

Hari Senin, 28 November 2011 kejadian yang menimpa saya disetujui untuk ditulis di rubrik konsumen di tabloid tempat saya bekerja. Saya sebagai reporter di koran ikut membantu anak tabloid untuk menulis ini. Meski kerja dobel tapi selama satu minggu itu saya cukup bersemangat!

Tapi menulis hal yang saya terlibat di dalamnya itu berbeda dengan menulis hal yang saya tidak terlibat di dalamnya. Berusaha subyektif dan cover both side itu sulit. Belum lagi ketika menemukan hal-hal negatif. Duh, makin tipis harapan!

Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan ke Kementrian Hukum dan HAM soal keberadaan starlight tersebut. Lagi-lagi tak ada PT yang terdaftar dengan nama Starlight Management Indonesia. Di Kementrian Hukum dan HAM hanya terdaftar PT Starlight Indonesia sejak tahun 2005. Itupun perusahaan tersebut tidak berkantor di fatmawati dan bukan bergerak di bidang promotor.

Marah!! Pengen gebrak meja tapi meja siapa? Pengen nimpuk orang tapi mas-mas yang di Kemenkum ham ga salah. Kata mas-mas tersebut mungkin starlight ini memang belum terdaftar menjadi PT makanya tidak ada. Tetapi, lanjut mas-mas itu seharusnya berbentuk PT karena melibatkan jasa. Selanjutnya, saya coba cek Java Musikindo dan Marygops. Hasilnya, dua promotor itu terdaftar sebagai PT.

Pulang dari Kemenkum Ham, saya lanjut ke BinusTV. Soalnya, starlight mengupdate status twitter bahwa proses refund bisa dimulai per 30 November 2011 untuk pembelian offline di BinusTV dan Restauran Korea di UI. Saya ingin mengecek apakah proses refund tersebut berjalan lancar.

Di BinusTV, saya bertemu dengan Riana Jugi. Dia adalah orang yang menangani pembelian tiket CNBlue.

"Kita ingin menanyakan soal proses refund CNBlue? Apakah sudah beres semua?"

"Proses refund sudah kita lakukan sejak hari Sabtu, sehari setelah pembatalan konser,"
Saya sudah kehabisan kata-kata untuk memaki starlight. Fakta yang terbuka satu persatu makin membuat saya menjadi buas! Riana kemudian bercerita bagaimana awal mula bekerja sama dengan starlight untuk pembelian tiket.

Kerjasama dengan starlight terjalin ketika Riana mulai mengirimkan email kepada starlight perihal kerjasama tersebut. Tadinya, ia mengira proses tawaran kerja samanya tidak disetujui oleh starlight, sama ketika Riana menawarkan kerjasama penjualan tiket 2PM. Namun, setelah selang beberapa waktu, Riana mendapatkan balasan email dari starlight.

"Mereka meminta untuk mentransfer uang tiket tersebut. Tapi, saya minta supaya ada uang ada tiket. Sehingga kami sepakat penukaran tiket, marchandise dan uang hari Jumat ketika pers and conference," kata Riana. Sehingga, menurut saya uang tiket tersebut belum sampai ke tangan starlight.
Setelah mengkonfirmasi pembatalan konser, otomatis kerja sama batal. Rianapun segera mengembalikan uang tiket kepada pembeli tiket pada Sabtu, 26 November 2011. Ini jelas berbeda dengan pernyataan starlight bahwa proses refund bisa dilakukan pada tanggal 30 November 2011. Apalagi, starlight baru mengupdate status twitter pada tanggal 29 November 2011.

Jumlah tiket yang direfund ke BinusTV hanya 3 tiket untuk kelas sky blue. Ck..ck..ck.. mungkin kalau saya hanya pembeli biasa, pasti saya akan percaya omongan starlight soal refund tersebut dan yakin starlight benar-benar beritikad baik untuk mengembalikan uang tiket.

Riana mengaku selama menjalin komunikasi dengan starlight selalu menggunakan email dan whatsapp. Itupun kata dia, whatsapp-nya bukan milik starlight melainkan seperti kurir. Ketika saya menanyakan alamat kantornya starlight, Riana mengaku tidak tahu. Malahan, starlight tidak mau ditemui di kantor cukup berkomunikasi dengan email.

Tuing... Tuing... Tuing... Makin pening! Saya belum mengecek dengan refund di restauran Korea UI. Mungkin, sama juga dengan BinusTV.

Supaya adil, saya memberikan kesempatan kepada Starlight untuk berkomentar soal ini. Saya mencoba menghubungi mbak Popy tapi nihil. Setelah berhari-hari mencari tahu soal starlight, pada tanggal 30 November 2011 saya berhasil menghubungi Melly, even director for blue storm project.
Cukup lama, saya mengobrol dengan Melly sekitar hampir 20 menit (timer telpon kantor 10 menit, kalau dua kali berarti 20 menit). Melly bilang starlight berkomitmen untuk refund dan tidak akan lari dari tanggung jawab. Ia meminta kepada fans untuk sabar menunggu karena memang proses refund lama dan membutuhkan waktu. Karena mereka tidak ingin jatuh ke tangan yang salah.

Sayapun melontarkan pertanyaan, kenapa proses refundnya lama? Bukankah seharusnya ketika membeli tiket secara online sudah diverifikasi data pembeli. Bahkan, ketika saya membeli itu ada verifikasi no ktp dan no telp untuk penukaran voucher dengan tiket. Seharusnya dengan verifikasi itu, bisa dilakukan refund tiket kan? --> logika sederhana. Bukannya menjawab pertanyaan, Melly hanya bilang proses refund lama dan membutuhkan waktu.

Proses refund kata Melly dilakukan secara bertahap. Pertama refund untuk yang melakukan pembelian offline baru kemudian untuk pembelian online. Alasan offline lebih didahulukan karena jumlahnya tidak banyak sehingga untuk verifikasi tiket tak sulit cukup berkoordinasi dengan pihak penyelenggara offline. Entah Melly yang berbohong atau riana yang berbohong. Melly bilang pihaknya sudah berkoordinasi untuk pembelian offline di binustv dan restauran Korea. Tapi riana bilang tak ada koordinasi pengembalian tiket. Ia hanya memastikan batal tidaknya konser, setelah batal itu adalah inisiatifnya untuk mengembalikan uang.

Sedangkan untuk online, verifikasi membutuhkan waktu. Saya bosan dengan waktu! Sekali lagi ketidakprofesionalan mereka. Saya tidak tahu apakah mereka sengaja mengulur waktu atau memang belum pengalaman sehingga minim pengetahuan untuk proses refund.

Ketika saya menanyakan soal jaminan starlight supaya pembeli bisa refund, Melly tidak bisa menjamin apapun. Makin ruwet urusan refund.

Kemudian soal pindah lokasi. Saya juga menanyakan kenapa harus pindah lokasi? apalagi itu atas permintaan FnC. Memangnya, sebelumnya FnC tidak mengecek keberadaan Gandaria City sehingga harus mengubah lokasi? Benar dugaan saya. Karena Melly bilang, survey lokasi baru dilakukan FnC ketika keputusan pemindahan lokasi tersebut. Sebelumnya FnC belum pernah melihat Gandaria City.

"Lalu kenapa tempatnya harus ditulis di Gandaria City kalau FnC baru survey hari itu? Bukankah itu riskan?" tanya saya.

"Yah, ketika awal kan FnC sudah setuju tempatnya di Gandaria City. Dengan melihat atau tanpa melihat seharusnya mereka berkomitmen," kata Melly. Ada yang aneh dengan pernyataan tersebut yakni dengan melihat atau tanpa melihat... Sayapun jadi berspekulasi apakah FnC merasa dibohongi oleh starlight soal tempat sehingga mereka minta pindah. Lagi-lagi cuma Tuhan, FnC dan starlight yang tau.

Terakhir yang aneh adalah soal keberadaan kantor starlight itu sendiri. Saya menanyakan kepada Melly di mana sebenarnya kantor starlight. Meski tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, Melly mengakui bahwa alamat yang tercantum tersebut adalah alamat kantor sebuah sanggar musik. Awalnya, Ia menolak memberitahu lokasi keberadaan kantor dengan alasan demi keamanan starlight. Menurut dia, banyak fans yang datang ke alamat tersebut dan bersikap tidak sopan. Menurut saya, fans tidak akan bersikap tidak sopan seandainya starlight jelas. Toh, mereka datang untuk menanyakan kejelasannya. Kalau starlight jelas soal refund, fans juga tidak akan marah-marah. Setelah saya desak, akhirnya Melly mengaku bahwa mereka tidak memiliki kantor. Pantas saja kalau FnC memutuskan kontrak. Mungkin FnC sudah mencium gelagat yang tidak bagus dari starlight.

Kemudian saya mencoba untuk membandingkan proses refund dengan om Adrie Subono yang sudah lama malang melintang di dunia promotor. Kata om Adrie, jika konser yang ditanganinya dibatalkan secara pihak, pertama artis harus memberikan pernyataan resmi di media massa soal pembatalan konser. Kemudian, om Adrie akan meminta kembali uang muka yang disetor ke artis secara penuh. Sementara untuk biaya produksi yang sudah dikeluarkan, biasanya om Adrie menggunakan asuransi. Ketika batal, asuransi akan mengganti biaya produksi tersebut. Sehingga tak ada alasan untuk tak bisa mengembalikan uang tiket. Untuk proses refund om Adrie bilang tak akan lama. Sekitar 4-7 hari setelah pengumuman pembatalan konser. Meski rugi, menurut om adrie hal itu adalah konsekuensi dari promotor.

Makin buram!!!! -______-

Perkembangan terakhir adalah starlight mengirimkan email. Tapi email itu bukanlah email verifikasi melainkan email survey mau reschedule ulang atau refund. Saya memilih untuk refund! Kalau memang nanti ada konsernya, saya memilih untuk membeli ketika hari H. Sudah kapok dengan pengalaman seperti ini.

Email soal link refund ataupun re-schedule juga tak berjalan mulus. Banyak dari mereka yang mengeluhkan surve untuk refund sudah close. Starlight beralasan banyaknya email yang masuk membuat server down. Ah, agak aneh! Kenapa ketika proses pembelian tiket yang notabene juga bareng-bareng server tidak down tetapi ketika proses pengembalian justru server down. Tuhan, berikan saya kesabaran melalui proses ini!

Selain starlight, saya juga kesal dengan Boice Indonesia. Saya membeli tiket itu karena saya percaya terhadap Boice Indonesia. Ketika pembelian tiket, Boice Indonesia gencar untuk mensupport dan mempromosikan tapi ketika urusan refund tiket, Boice Indonesia udah kaya sapi ompong!!! Bukannya memfasilitasi kepada fans untuk pengembalian tiket, ini Boice Indonesia sama sekali tak bergeming. Bahkan twetnya juga siapa. Padahal saya sangat menggantungkan mereka karena Setidaknya Boice Indonesia tau siapa starlight. Entah Boice Indonesia ini terlalu lugu, terlalu buta terhadap idola atau sebenarnya mereka juga ikut terlibat dalam lama tidaknya proses refund. Boice Indonesia you're so dissapointed!!

Pengalaman ini telah memberikan pelajaran penting buat saya. Pertama, jangan pernah lagi membeli tiket yang promotornya masih baru dan belum ada jejak rekamnya. Kedua, sebelum beli tiket sebaiknya cek dahulu alamat kantor promotor. Ketiga, kalaupun ingin nonton tapi ragu dengan promotor lebih baik beli ketika hari H! Keempat adalah memilih promotor yang menyediakan tiket box. Terakhir adalah tidak lagi percaya terhadap Boice Indonesia.

Sekarang, saya cuma bisa berdoa! Mendesak starlight_id dan boice indonesia lewat twitter supaya uang saya kembali. Setidaknya proses refund harus benar-benar lancar sebelum starlight mendapatkan kepercayaan lagi.

Eniwei, salah satu team starlight (no mention) pernah mentwet di akun pribadinya soal kebuasan dan kemarahan para fans. Hal itu ga akan terjadi kalau saja starlight bersikap profesional dan tidak membangkitkan sisi buas para fans. Bahkan dia juga mentwet jauhkan saya dari evil.Satu lagi twet dia yang cukup menggangu saya adalah: yang buas2 ditandain dan tidak diberikan prioritas. Yang didahulukan adalah yang manis2! Beginikah sikap promotor yang profesional? Cukup tahu saja dengan kelakuan promotor yang seperti itu.

To be continued (menunggu status dan kejelasan dari starlight)