"Neng, uda dapat kabar soal itu?" tanya neng oneng.
"Udah, kira-kira dia udah tau belum ya? Gak tega mau kasih tau," jawab neng jutek.
"Iya, gimana ya keadaan dia? pasti dia sedih. Kapan-kapan kita jalan bertiga, kita nonton bareng lagi yuks!" kata neng oneng.
"Okay, kita atur waktu aja," kata neng jutek.
Percakapan itu muncul ketika mereka berdua terli
bat dalam perjalanan dinas luar kota bersama. Mereka sama-sama mendapat kabar yang tidak mengenakkan yang berkaitan dengan neng labil.
"Neng, gimana kalau lo tidur di tempat gue malam ini. Dia pasti sedih, kita hibur dia yuks," kata neng oneng.
"Lihat nanti ya neng. Gue capek banget, tapi gue juga pengen tau kondisinya," kata neng jutek ragu.
Akhirnya malam itu, alih-alih naik Damri jurusan Lebak Bulus, neng jutek ikut neng oneng untuk mengambil rute Damri Gambir. Neng jutek memutuskan untuk menginap di kos neng oneng dan neng labil. Meski capek, namun rasa khawatir neng jutek kepada neng labil membuat neng jutek berubah pikiran.
"Hai neng, dimana?" tanya neng jutek kepada neng labil lewat sambungan telepon.
"Gue lagi di jalan mau pulang. Gimana Aceh?"
"Haha... kita udah balik lagi di Jakarta neng. Gue sekarang lagi di Damri mau ke Gambir. Ini, **** gak berani pulang sendiri jadi gue temenin deh. Malam ini gue nginep tempat lo ya?"
"Enak aja," samber neng oneng yang namanya dibicarakan di telepon.
"Iya-iya.. hahaha...gue sekalian mau cerita sesuatu. Kalau udah di kos, kabarin gw ya,"
"sippp"
click, sambungan teleponpun ditutup
***
Tiba di kosan, neng jutek dan neng oneng segera menuju kamar neng labil. Setelah berganti baju dan membereskan kamar, mereka bertigapun terlibat dalam percakapan. Awalnya neng labil bukan bercerita kabar buruk itu. Ia menceritakan bagaimana hari pertama di desk kerjanya yang baru.
"Ah, asyik lo dipindah ke energi. Gue uda di energi, ntar kita suruh dia aja roling. Jadi kita ketemu lagi dilapangan," kata neng jutek sembari menunjuk neng oneng.
Selain topik pekerjaan, neng labil menceritakan pria baru yang mencoba memasuki hatinya. Sayang, neng labil tidak menyukai pria baru itu. Neng jutek dan Neng labilpun sabar menunggu hingga ke topik itu. Secara perlahan, akhirnya neng labil menceritakan kabar buruk itu. Neng Jutek dan Neng onengpun mendengarkan dengan seksama cerita buruk tersebut. Meski raut mukanya tidak terpancarkan kesedihan, entah bagaimana dengan hatinya.
"Lo yakin gak papa?"
"Iya gue gak pa-pa,"
Neng jutek yakin saat ini neng labil sedang gundah dan sedih. Neng jutek merasa, neng labil terlalu singkat untuk menceritakan kabar buruk itu. Ini aneh dari biasanya, karena biasanya neng labil selalu bersemangat dan ceria dengan topik tersebut. Kali ini, seolah neng labil sudah menyerah dengan topik tersebut. Bahkan, setelah itu neng labil tidak membicarakan lebih lanjut soal kabar buruk itu.
Namun, neng jutek sedikit lega karena neng labil masih bisa tertawa dan bersemangat. "Ah, syukurlah ini cuma rasa khawatir yang berlebihan," syukur neng jutek dalam hati.
***
Esok harinya, neng jutek dan neng labil pergi bersama sementara mungkin neng oneng masih melakukan ritual sleeping beauty. Neng jutek pulang ke kosan sedangkan neng labil pergi ke tempat liputan.
"Neng, lo gak ganti celana," kata neng labil melihat neng jutek yang akan pulang masih memakai piyama, pinjaman dari neng labil dan membawa tas ransel serta menggunakan sepatu kets.
"Ah, gak pa-pa. Cuek aja, di dalam taksi gini lagian gue gak bawa celana panjang lagi,"
Neng labilpun tak hentinya menertawakan cara berpakaian neng jutek. Melihat neng labil tersenyum dan tertawa membuat neng jutek tak malu berpakaian seperti itu. Bahkan, mungkin neng jutek bakal berbuat sebodoh mungkin supaya neng labil tertawa dan melupakan kesedihan itu.
PS: neng labil, jangan hentikan langkahmu hanya karena dia. Lepaskanlah kesedihan itu supaya langkahmu menjadi ringan. Ingatlah, masih ada neng jutek dan neng oneng yang selalu di sampingmu. Percayalah, masih banyak kabar-kabar bahagia yang akan menunggumu. Tetap tersenyum dan bersemangat ya. Fighting!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar