Terima kasih Tuhan sudah hari Jumat. Ini berarti sudah menjelang weekend. Waktunya untuk mengistirahatkan tubuh dan otak. Maklum saja, seminggu ini saya dibuat gila dengan agenda liputan. Jadwal selalu pagi, berpindah-pindah tempat dalam waktu yang hampir berdekatan (seperti ingin menjadi amoeba untuk membelah diri) hingga rapat dpr yang tidak ada habisnya.
Namun, saya masih memiliki satu hari lagi sebelum benar-benar weekend. Sebab, hari Sabtu saya masih harus liputan pagi *again!* untuk mengisi halaman life style dengan tema berkuda. Saya sudah membuat janji temu untuk wawancara dengan salah satu sumber berkuda saya. Dan ibu Dewi Larasati yang baik hati itu bersedia memberikan waktunya khusus hari Sabtu. Oh, Tuhan! Tapi mengeluh juga bukanlah solusi yang tepat.
Jumat ini ada dua agenda yang hampir berbarengan. Pertama jam 08.30 di kementrian ESDM, kemudian pukul 09.30 di kantor pusat PLN. Dengan melihat jadwal, saya harus memutuskan salah satu. Pilihanpun jatuh kepada PLN. Selain karena jamnya lebih siang, lokasi peliputanpun dekat dengan kosan.
Tuhan memang baik. Hari Jumat itu, banyak direksi PLN hadir. Sehingga sayapun memiliki banyak berita karena banyak isu yang bisa ditanyakan. Sekali lagi pilihan sayapun tepat. Karena di email bermunculan rilis-rilis acara di kementrian ESDM. Sekali lagi, saya bersyukur dengan pilihan saya.
Meminjam ruangan persroom PLN, saya bersama dengan para pewarta lainnya mencoba untuk membuat berita. Hingga satu persatupun pergi. Ada yang pulang ke kantor, ada yang pulang ke rumah dan ada yang belajar tentang migas di BP Migas. Hanya saya dan ibeth yang tertinggal di ruangan persrom itu.
Saya tak banyak membuat berita hari itu. Cukup dua berita dan sisanya ditabung untuk hari Senin. Kami berdua pun menyelesaikan berita pada sore hari. Kemudian saya dan ibeth memutuskan untuk jalan ke blok M.
"Feni, kita kalau abis dari liputan PLN dan ga ada apa-apa setelahnya, pasti pergi ke blok M ya," kata Ibeth.
"Haha, iya beth. Yang penting kan urusan berita sudah selesai. Kewajiban sudah terlaksana,"
Kamipun berjalan-jalan ke mall blok M. Awalnya, saya ingin mencari cardigans. Alih-alih mendapatkan cardigan, saya justru mendapat sepatu baru. Itupun tidak sengaja karena ada diskon "buy one get one". Melihat promo itupun, langsung saja, saya dan ibeth memutuskan untuk membeli. Lumayan, dengan harga Rp 99.900, kami bisa mendapatkan dua pasang. Cukup menarik bukan?
Sayapun memilih sepatu dengan pita berwarna hijau. Sementara Ibeth memilih sandal pink berhak yang cukup cantik. Memilih barang-barang itu tidaklah mudah. Sebab, karena diskon barang yang adapun terbatas. Ibeth, berkali-kali memilih selalu saja tidak ada ukurannya. Ketika ada ukurannya, ia tidak menyukai modelnya. Akhirnya, pilihan jatuh pada sandal pink tersebut. Kemudian kami pergi ke toko buku, mencari kado untuk pernikahan seorang teman (namun tidak menemukan yang cocok) dan kemudian makan.
Baru pukul 08.00 malam, kami berpisah. Ibeth sudah dijemput oleh sang suami "kaka alam" sedangkan saya harus kembali ke kantor karena piket. Sampai kantor ada 4 panggilan tak terjawab di handphone saya. Ternyata berasal dari seseorang yang kadang kala saya tunggu dan kadang kala saya ingin jauhi. Kemudian sayapun mencoba menelponnya kembali. Sayang belum ada balasan.
Cukup wajar, sebab di sana pasti sudah jam 11 malam. Dia memang sedang bertugas di papua. Karena tugasnya itulah, jadwal kami untuk bertemu pada hari Minggu batal. Ah, baru 4 hari dia di sana tapi cukup membuat saya khawatir. Saya ingin dia kembali ke Jakarta secepatnya!
Tak lama kemudian handphone saya berbunyi. Ternyata dia yang menelfon. Hati sayapun melonjak gembira. Kami bercakap sebentar, membicarakan tentang satu hari kami. Saya juga menanyakan bagaimana penerbangannya? Semoga dia baik-baik saja.
"ati-ati pulangnya, kan udah malam. Nanti kalau sudah di kosan, kasih kabar ya!"
Lagi-lagi saya berterima kasih kepada Tuhan. Sebab, Tuhan mempertemukan saya dengan orang seperti dia. Seseorang yang bisa menerima saya apa adanya sehingga saya tidak harus menutup-nutupi atau berbohong, seseorang yang tidak protes ketika saya pulang malam. Alih-alih protes dia justru selalu bilang "hati-hati di jalan". Seeorang yang mendukung saya untuk melanjutkan s2 di Eropa. Seseorang yang sedang berpikir keras untuk menerima tawaran perjanjian pra nikah. Saya tahu ini masih awal untuk kami menuju lebih serius. Saya hanya ingin menjalaninya seperti saya menjalani hari ini. Ringan dan tanpa keluhan meskipun kondisi benar-benar membuat saya sudah gila.
Kebayoran Lama No 1119
22.35 WIB
Jumat, 1 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar