10.18.2008

Krisis keuangan: sektor riil harus waspada

Beberapa hari ini, semua media, baik cetak maupun elektornik memberitakan tentang krisis finansial AS akibat jatuhnya Lehman Brothers, salah satu lembaga keuangan terbesar di AS. Krisis AS tersebut berdampak secara mengglobal terhadap dunia. Bahkan, Indonesia yang letaknya jauh dari AS-pun ikut terkena dampaknya baik sektor keuangan ataupun sektor riil.

Dampak yang terjadi, paling parah dialami oleh sektor keuangan bahkan beberapa hari lalu bursa efek Indonesia sempat mengalami keadaan suspend selama 3 hari akibat dari harga saham yang terus merosot tajam bahkan banyak investor yang menarik dolarnya. Pemerintahpun mengeluarkan sejumlah kebijakan seperti Buy Back saham BUMN, dan lain sebagainya.

Namun, dalam tulisan ini mencoba untuk membahas dampak yang dialami oleh sektor riil walaupun secara kasat mata dampak terhadap sektor riil belum terlihat. tetapi dalam jangka panjang yakni mulai tahun depan, dampak dari sektor riil akan mulai terasa. Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa hingga akhir tahun ekspor Indonesia tidak akan terpengaruh dan target pertumbuhan ekspor tetap pada angka 12,5 persen dibandingkan tahun lalu. Menurutnya yang akan mendapatkan revisia adalah angka target ekspor 2009, meskipun belum secara pasti dia mengatakan angkanya.

Kendati demikian, sudah ada dampak yang dirasakan beberapa hari ini karena harga komoditas ekspor yang mengalami penurunan tajam karena jumlah permintaan berkurang, misalnya harga komoditi kakao yang turun hampir 30 persen, begitupun juga dengan harga komoditi kopi. Yang paling parah turun harga komoditinya adalah harga crude palm oil (CPO) atau yang seringkali disebut dengan minyak sawit. Selain harga komoditi yang berkurang, beberapa pengusaha juga mulai mengeluhkan adanya pengurangan ekspor ke AS. Seperti misalnya: produk mebel dan elektronik. Untuk produk mebel, Ambar Tjahjono, Ketua asmindo mengatakan bahwa terjadi penurunan order ke AS sebesar 30-35 persen. sedangkan untuk elektronik, terjadi pengurangan permintaan sebesar 10 persen. Meski begitu, terdapat beberapa produk yang masih dikategorikan aman hingga akhir tahun. seperti misalnya tekstil dan sepatu walaupun pada 2009,pengusaha tekstil dan sepatu mulai mengeluihkan terjadi pengurangan dan pembatalan order.

Dengan kondisi yang seperti ini, maka harus diwaspadai karena akan bedampak terhadap neraca perdagangan. Paling tidak kita harus menjaga ekspor agar volume tidak turun karena diprediksi untuk tahun depan ekspor Indonesia akan menurun seiring dengan turunnya harga beberapa harga komoditas. Selain menjaga ekspor, mendag mengatakan bahwa sudah saatnya kita harus mengurangi impor barang-barang konsumsi karena itu akan menambah pengeluaran negara.

Dalam rangka menjaga ekspor, Indonesia harus mencari pasar baru yang menggantikan pasar AS karena sudah dipastikan dengan krisis keuangan akan berdampak terhadap melemahnya daya beli masyatakat AS. Pasar baru di sini, adalah pasar yang memiliki potensi untuk digarap seperti misalnya Asia, Timur Tengah, dan Rusia karena mereka memiliki kondisi perekonomian yang baik karena mereka ditopang dengan minyak bumi. Tidak lupa dengan kawasan Amerika Selatan seperti Brasil yang ditengah krisis diprediksi pertumbuhannya mencapai di atas 7 persen. Sementara itu, Indonesia juga harus melihat kesempatan dengan menjalin kerjasama dengan beberapa negara tetangga di Asean. Sudah saatnya untuk Indonesia melakukan diversifikasi pasar atau mencari market baru sebagai negara tujuan ekspor.

Sayangnya, tidak hanya Indonesia yang akan mengalihkan pasar ekspornya tetapi juga negara lain yang menggantungkan ekspornya ke AS sehingga kita harus meningkatkan daya saing produk kita dengan menerapkan ekonomi kreatif untuk merebut pasar. Masih berkaitan dengan pengalihan pasar ekspor, hal itu juga akan berbahaya bagi pasar dalam negeri karena bukan tidak mungkin jika Indonesia merupakan salah satu negara tujuan pengalihan ekspor. Akibatnya dikhawatirkan serbuan barang impor dari beberapa negara, hal ini tentu saja dapat mendistorsi pasar.

sehingga, pemerintah harus segera mengambil tindakan yang tegas untuk mengamankan pasar dalam negeri. Banyak instrumen yang dapat dilakukan, misalnya: pemberlakuan SNI wajib impor, menaikkan bea masuk impor atau menetapkan kuota impor. Instrumen-instrumen ini dapat digunakan pemerintah agar serbuan brang impor tidak merugikan industri dalam negeri tapi itupun harus disesuaikan dengan kondisi industri dalam negeri. Seperti contohnya pemberlakuan SNI tidak dapat dilakukan untuk semua produk makanan minuman karena itu justru akan merugikan industri dalam negeri karena banyak para pelaku usaha makanan dan minuman yang merupakan UKM-UKM dan sulit jika SNI diterapkan karena akan kalah bersaing dengan produk impor.

Hal yang paling penting yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengkampanyekan cinta produk dalam negeri. sehingga masyarakat harus didorong untuk membeli produk dalam negeri karena dengan menggunakan produk dalam negeri akan menolong industri dalam negeri dan menyelamtkan kondisi negara ini secara tidak langsung.

Tidak ada komentar: