4.12.2009

Investor Kecil Berkurang, IHSG Bisa Loyo (Investor ritel menopang 25% indeks harga saham)

KONTAN, Investasi, 06 April 2009

JAKARTA. Minat investor ritel membenamkan investasi di pasar modal makin turun. Sampai kuartal pertama 2008 saja, investor kecil yang masih bermain di bursa tinggal tersisa 175.000 investor.

Tentu saja, makin minimnya pemain saham individu ini cukup mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Kepala Riset Recapital Securities Poltak Hotradero menduga, penurunan jumlah investor ritel itu lebih karena mereka menutup salah satu dari beberapa account miliknya.

Ia mencontohkan, si A memiliki dua buah account di sekuritas yang berbeda. "Karena kondisi yang serba sulit mengharuskan ia menutup salah satu account-nya," ujarnya, kemarin (5/4).

Toh, penurunan jumlah investor ritel ini tetap akan mempengaruhi pasar modal Indonesia. Penurunan jumlah investor ritel itu bisa menurunkan likuiditas dan menurunkan volume transaksi di bursa. Gelagat itu telah tampak. Semula, nilai transaksi bisa mencapai Rp 2 triliun-Rp 3 triliun per hari. Kini, transaksi harian menipis menjadi Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun.

Analis BNI Securities Norico Gaman menambahkan, investor ritel saat ini memang lebih memilih memegang uang tunai ketimbang berinvestasi di bursa. Maklum, indeks masih dalam tekanan. Mereka takut nilai investasi mereka akan turun. Makanya, banyak investor ritel itu yang mengalihkan investasi ke keranjang lain seperti properti dan deposito yang lebih aman.

Namun secara umum, Norico melihat bahwa peran investor ritel masih relatif kecil dalam menopang IHSG. Kontribusi mereka baru sekitar 25%, selebihnya dari investor institusi. "Tapi, angka 25% itu tetap berpengaruh terhadap pergerakan IHSG," imbuhnya.

Ketua Kelompok Investor Publik Saham (KIPS) BUMI Oetomo Rully Susanto berpendapat bahwa posisi investor ritel tetap vital kendati berjumlah sedikit. Apabila semakin banyak investor ritel yang menarik diri dari lantai bursa, indeks saham tetap semakin melemah.

Tapi ia menambahkan, kenaikan indeks beberapa hari terakhir bukan merupakan tanda bahwa investor ritel sudah mulai masuk lagi. Kenaikan indeks itu lebih karena efek laporan keuangan emiten yang sudah keluar. Kebanyakan, laporan keuangan emiten menunjukkan hasil positif. Sisi itulah yang membawa kegairahan di pasar modal.

Balik di kuartal terakhir

Sebagian besar investor individu, kata Oetomo, masih melihat situasi ekonomi sebelum kembali masuk ke pasar modal. Kalau makin stabil dan membaik, mereka akan kembali lagi ke pasar modal.

Ketua Umum Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISI) ND Murdani memperkirakan investor ritel akan berbondong-bondong masuk ke bursa mulai kuartal terakhir 2009. Sebab, banyak pihak yang meramalkan efek krisis keuangan dunia akan mereda pada masa tersebut.

Saat itu, investor akan mencermati bagaimana kondisi keuangan emiten menjelang akhir tahun. "Mereka akan kembali jika kinerja keuangan emiten cukup baik," ujar Murdani. Kinerja keuangan emiten inilah yang akan meyakinkan investor ritel bahwa ekonomi mulai pulih dari krisis.

Fitri Nur Arifenie, Sholla Taufiq

Tidak ada komentar: