5.26.2008

Krisis Pangan dan Energi = Krisis Moral ?

teriakan-teriakan untuk menurunkan harga BBM beberapa hari ini semakin kencang dilakukan oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia. Sejak rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM sebesar 30%, banyak aksi demonstrasi mewarnai kehidupan politik Indonesia. aksi demonstrasi yang mengatasnamakan rakyat berdemo untuk menyuarakan aspirasinya yakni menolak kenaikan harga BBM. alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM adalah karena lonjakan harga minyak dunia yang semakin tinggi sehingga pemerintah harus mengurangi subsidi BBM agar tidak memberatkan dana APBN yang semakin lama semakin defisit.


solusi pemerintah untuk menaikkan harga BBM banyak mendapatkan respon negatif dari seluruh kalangan rakyat. banyak diantara mereka yang menganggap bahwa menghilangkan subsidi BBM hanya akan menambah penderitaan rakyat. karena naiknya BBM akan membuat kenaikan terhadap barang pangan. sebelum solusi ini dilaksanakan (hanya sekedar isu) telah membuat kebutuhan pokok melambung tinggi sehingga dikhawatirkan rakyat miskin kehilangan kemampuan daya beli.


sayangnya, aksi demonstrasi yang terjadi justru menjadi aksi anarkhis yang banyak memakan korban. kemarahan para pendemo yang notabene adalah mahasiswa tidak terbendung sehingga aksi yang harusnya berlangsung damai justru berakhir pada kericuhan. terjadi saling lempar antara mahasiwa dengan aparat keamanan. hal itu menunjukkan bahwa rakyat kita belum siap dengan dunia demokrasi. 10 tahun era reformasi ternyata belum dapat membuahkan hasil, harapan untuk menciptakan suasana demokrasi tidak dapat terpenuhi.


sebagai kaum intelektual, mahasiswa seharusnya lebih mengerti tentang kehidupan berdemokrasi. mahasiswa yang merupakan kaum terpelajar, seharusnya tau bagaimana untuk bersikap. tidak berbuat seenaknya, tidak terlarut dalam keegoisan semata, dan tidak bertindak anarkhis. satu hal yang harus direnungkan bahwa apakah dengan tindakan anarkhis, kemarahan yang menggebu-gebu, membakar foto presiden & wakil presiden dan lain sebagainya akan menyelesaikan masalah? apakah tindakan seperti itu bisa menurunkan harga BBM. apakah krisis pangan dan energi yang terjadi di dunia ini juga berdampak kepada krisis moral? jika jawabannya iya, maka tidak ada lagi yang tersisa dari negara ini. Indonesia yang penduduknya dikenal ramah hanya tinggal kenangan.


bukannya aku mendukung solusi pemerintah dan mengecam aksi demonstrasi serta tidak berpihak kepada rakyat kecil. aku juga kecewa dengan ketidakkonsistenan pemerintahan SBY-JK. aku juga bingung memikirkan harga yang semakin lama semakin tinggi. namun, kesusahan itu tidak lantas menjadikan kita bukan manusia. bertindak berdasarkan emosi dan bukan berdasarkan akal logika. hanya saja, aksi demonstrasi itu dilakukan secara beradab dan tidak anarkhis. apa yang dilakukan oleh pejuang reformasi 10 tahun lalu harus dihargai dan dihormati, jangan sampai tercoreng oleh tindakan barbarisme. yang harus dilakukan adalah bersama-sama mencari solusi, jangan hanya berteriak-teriak di jalanan yang hanya akan mengganggu akses jalan.


kebijakan BBM memang salah dari awalnya, karena seharusnya bangsa kita tidak di nina bobokkan dengan pemberian subsidi karena hal itu hanya akan memanjakan rakyat. sulit memang untuk menjalankan kemandirian karena di satu sisi APBN kita tidak mampu namun di sisi lain kesejahteraan rakyat tidak terpenuhi. dana BLT yang merupakan kompensasi dari naikknya BBM tidak akan menyeselaikan masalah, justru akan menambah permasalahan baru bagi karakter bangsa kita yang hanya mengandalakan bantuan pemerintah. sudah saatnya kita harus belajar mandiri untuk diri sendiri. tak ada yang tidak mungkin jika kita tidak berjuang dan jangan biarkan krisis pangan+energi akan menghilangkan identitas bangsa indonesia sebagai bangsa yang ramah, baik hati dan cinta perdamaian.

Tidak ada komentar: