11.02.2010

Kamu itu Ada, tapi siapa?

Sudah lama sejak terakhir aku menyapamu. Ah, ternyata tulisanku yang tak bermakna ini ada juga yang membaca selain diriku sendiri. Akhir-akhir ini, aku tidak hanya sibuk bekerja dan memuaskan diriku sendiri. Tetapi, aku berusaha untuk menjalin hubungan dengan seorang pria dan kali ini adalah benar-benar pria lajang bukan pria beristri yang mengaku lajang. Karena, perlahan ingatanku tentang "pria selama lima tahun" memudar. Tidak hanya ingatan secara pikiran tetapi juga ingatan hati. Meski aku belum memutuskan untuk menyukainya. Aku masih berusaha untuk menjaga hatiku supaya tidak terluka.

Pria ini, aku mengenalnya dari status jejaring sosial pertemanan. Sama seperti sebelumnya, dia adalah pembacaku yang ingin mengenalku. Aku sudah mengenalnya sejak lama. Sejak itupun dia berusaha untuk berteman denganku. Namun, aku berusaha untuk menghindar. Pertama kali kesanku padanya, Aku tak terlalu suka dengan dia. Karena dia sangat berbeda denganku.

"Bukankah perbedaan itu bagus, kalian saling melengkapi," kata salah seorang temanku yang menyuruhku untuk berhenti berbuat sombong dan mulai memperhatikannya.

"Berbeda di sini adalah benar-benar berbeda. Bukan jenis perbedaan yang bisa dikompromi," dalihku.

"Cobalah buka hatimu untuk siapa saja. Sudah lama, kamu bersembunyi dari dunia nyata. Biarkan siapapun masuk ke dalam pintu hatimu dengan kuncinya sendiri. Siapa tahu, kunci pintu itu sudah berubah," nasehat dia.

Berulang kali, perkataan temanku itu selalu aku ingat. Yah, aku harus berusaha untuk mencari kamu, seseorang yang menjadi kekasih hatiku. Kamu itu bisa siapa saja. Bisa dia, atau bisa dia yang lain. Aku tidak tahu. Jodoh datangnya bisa dari mana saja. Kamu bisa juga adalah seorang pria yang sudah dipilihkan oleh ibuku untukku.

Aku lelah mencari kamu. Saat aku mengira kamu adalah pria lima tahun itu, ternyata Tuhan bilang bukan. Apakah kamu itu adalah dia yang sangat berbeda denganku yang ternyata bisa membuatku tersenyum. Entahlah, dimana aku bisa menemukanmu.

Selain dia, ada juga pria lain yang ada di tempat kursus bahasa Inggrisku. Tapi, lagi-lagi aku masih belum berani. Takut kecewa adalah penyebabnya. Ah, ternyata aku pengecut untuk urusan hati.

Sebenarnya, ada satu pria lagi. Pria ini berbeda, karena aku menyukainya. Aku tertarik padanya. Dia memiliki sikap hidup yang sederhana dan sabar. Sayangnya, dia berbeda agama denganku. Dari awal, tentunya aku tidak berani mengambil resiko untuk meneruskan rasa ketertarikanku padanya. Perbedaan keyakinan terlalu besar untuk dijembatani dan kebanyakan adalah jalan buntu. Diapun menyadarinya hingga kami hanya berteman.

Kamu, coba tunjukkan siapa jati dirimu? Aku sudah lelah untuk menebak-nebak siapakah kamu?

Fatmawati
02.47
02 November 2010

Tidak ada komentar: