4.15.2011

Facebook

Semuanya bermula dari facebook dan berakhir karena facebook. Saya mengenalnya kembali lewat jejaring sosial "facebook". Dalam kehidupan nyata, kami pernah berteman. Tetapi itu sudah beberapa tahun silam sebelum facebook menjadi makcomblang untuk kami. Tadinya, dia bukan orang penting dalam kehidupan saya. Namun, lambat laun dia menjadikan saya membuatnya menjadi orang penting buat saya. Dia selal
u pandai mengambil hati saya. Meski berkali-kali saya bersikap cuek terhadapnya, Ia selalu peduli dengan saya.

Saya tidak jatuh cinta dengan dia. Tetapi dia lebih seperti kepada kebiasaan. Karena dia selalu ada untuk saya sekalipun saya mencoba untuk mengusirnya keluar. Dia istimewa karena dia berbeda. Dia tidak sempurna tetapi mampu menjadi penyeimbang saya. Dia bisa bertahan karena dia gigih. Sayapun mencoba untuk menjadikan dia yang terakhir untuk saya.

Meskipun, saya mencoba yakin dengan dia tapi insting saya mengatakan "Jangan Percaya Padanya!". Keganjilan dalam hati saya membuat saya berpikir bahwa saya takut dan bersikap apatis. Tidak seperti biasanya yang memperhitungkan insting, saya justru semakin melemparkan diri ke pelukannya. Hingga saya tidak sadar bahwa itu adalah Fatamorgana.

Cukup banyak bukti di depan mata yang mampu membuat saya meragukannya. Namun, dia pandai sekali berakting dan memainkan peran sebagai pria baik. Ibarat drama Korea, dia bisa disejajarkan dengan akting BSB di drama 49 days.

Sayapun buta dan tuli. Hingga akhirnya Tuhan menunjukkan sesuatu yang membuka mata dan telinga saya. Tuhan seperti becanda dengan saya. Lewat Facebook, Tuhan mempertemukan kami. Lewat Facebook pula Tuhan menunjukkan sesuatu yang membuat saya mengambil keputusan berpisah. Dalam sebuah hubungan, saya bisa mengkompromikan segalanya kecuali satu kepercayaan.

Shock, marah, kaget dan kecewa. Bahkan, sayapun mencoba menghindar. Namun, itu bukanlah jalan keluar terbaik. Apapun konsekuensinya, saya harus menghadapinya. Kenyataan pahit sekalipun lebih baik dari khayalan manis. Hari itu juga, saya putuskan untuk mengakhirnya. "Berakhir/putus" memang bukan kata yang indah, tapi keputusan ini adalah jalan yang terbaik. Meski dia masih menginginkan untuk berlanjut. Sayang, rasa kecewa ini sudah tak bisa dikompromi.

Fatmawati
22.53 WIB
*sambil nonton episode 7 drama 49 days*

Tidak ada komentar: