3.13.2010

siap untuk jatuh cinta lagi

Letih rasanya setelah dua hari menghabiskan liburan outbond bersama teman-teman kantor dan satu hari satu malam menjaga keponakan di RS. Pulang dari RS, tidak langsung kembali ke kos tetapi ke rumah sepupu di Bekasi. Karena semua orang ada di RS, saya menawarkan diri untuk menjaga rumah.

Malam itu, saya tidur di kamar keponakan saya yang sedang dirawat. Kamarnya memang cantik, sepupu saya sengaja mendesign sesuai dengan karakter keponakan perempuan saya. Warna dindingnya pink dan biru. Di dinding terdapat wallpaper tokoh kartun seperti Micky Mouse, piglet, ikan, gurita dan kura2. Sementara di langit2 kamar terdapat bintang-bintang dan bulan yang bisa menyala ketika lampu dimatikan.

Meski kondisi kamar yang nyaman, kasur yang empuk (tidak seperti kasur di kosan), ruangan kamar ber-AC (tidak seperti di kos yang menggunakan kipas angin), namun saya tidak bisa tidur. Saya gelisah karena terus teringat pada seseorang. Lebih tepatnya seorang laki-laki. Seseorang yang selama beberapa waktu putus komunikasi dan kami mulai berkomunikasi lagi.

Seseorang itu dekat dengan saya sebelum kami putus komunikasi. Ketika itu, saya merasa nyaman bersama dengan dia. Saya merasa, dia adalah orang yang bisa mengerti sikap keras kepala saya. Dan dia adalah orang yang cerdas. Tapi, ketika berada di dekatnya, saya tidak merasakan jantung saya berdetak cepat. Saya tidak merasa salah tingkah di depannya. Bahkan saya bisa bersikap apa adanya di depannya. Berbeda halnya dengan ketika saya berhadapan dengan "Hamburger", seseorang yang ada di hati saya selama 3 tahun terakhir. Hamburger adalah seseorang yang saya puja dan takseorangpun bisa menggantikannya. Di depan Hamburger, saya selalu menjadi orang lain. Kini, Hamburger adalah sosok masa lalu saya.

Meski kami dekat, tapi tak sepatah katapun ada kata cinta darinya. Diapun tahu bahwa saya jatuh cinta dengan Hamburger dan dia mendukung saya. Kemudian sesuatupun terjadi. Saya sibuk dengan pekerjaan yang membuat saya setengah gila. Saya juga mengalami kegagalan dengan Hamburger. Dan saya terbakar api cemburu mendengar dia sedang dekat dengan wanita lain.

Tanpa bertanya, saya putuskan komunikasi dengan dia. Saya lebih memilih untuk fokus kepada pekerjaan. Ketika saya menjauh, dia terus saja mendekat. Semakin dia mendekat, semakin saya berlari jauh. Hingga akhirnya dia lelah untuk mengejar.

Kesamaan profesi membuat kami beberapa kali bertemu di tempat liputan. Sayang, kemarahan saya padanya membuat saya mengacuhkan dia. Padahal dia berusaha untuk menyapa saya. Itulah kebodohan yang saya sesali karena tak seharusnya melakukan hal itu kepadanya.

Saya tak tahu mengapa saya begitu marah kepadanya. Padahal, saya juga larut dalam kesedihan atas kegagalan saya dengan Hamburger. Lantas, saya jatuh cinta pada siapa? Entahlah....

Tak ada angin, tak ada hujan. Ia hadir dalam mimpi saya. Dalam mimpi saya, saya sedang menikmati pemandangan memandang laut bersamanya. Tak ada sepatah katapun, hanya saya dan dia bergandengantangan. Rasanya damai sekali. Ketika bangun, saya hanya menganggapnya angin lalu.

Esoknya, saya bermimpi lagi tentang dia. Kali ini, dalam mimpi saya, saya sedang membuka kertas gulungan seperti ketika membuka nomor arisan. Saya buka, saya kaget ketika muncul namanya. Kemudian saya baca dan wusshhh seperti jin botol, dia tiba-tiba muncul di hadapan saya.

Sejak mimpi kedua itulah, saya jadi bertanya-tanya. Rasa penasaran masih menghantui saya. Teman saya memberi usul untuk menjalin komunikasi lagi untuk menghilangkan rasa penasaran saya. Awalnya, saya menolak karena saya masih marah dengan dia. Kata-kata teman saya yang kemudian menampar saya dan merubah pikiran saya.

"Memang kamu siapa-nya sampai harus marah. Wajar jika dia dekat dengan orang lain karena dia juga masih mencari. Kamu yang memutuskan komunikasi, maka kamu juga yang memulai," kata teman saya.

Butuh waktu lama bagi saya untuk memulai percakapan kembali. Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Mengirim pesan singkat juga terasa aneh. Kalaupun harus menelfon, masih terasa berat. Kemudian, saya beranikan diri untuk menelfon.

Ada perasaan tenang dan nyaman ketika mengobrol dengannya. Bahkan, suasana cukup cair seolah-olah tak pernah ada putus komunikasi. Senang rasanya ketika dia memperhatikan saya sudah makan atau belum. Dia juga tidak lupa terhadap saya meski jarang komunikasi.Tak terasa satu jam lebih saya habiskan mengobrol di telfon. Dan malam ini, saya mengingatnya lagi.

Selalu ada perbedaan diantara kami, tapi entah kenapa saya tak keberatan dengan perbedaan tersebut. Dia suka sekali dengan daging kambing, sedangkan saya tidak bisa makan daging kambing karena memang taksuka. Dia suka sekali merengek, dan saya suka mengingatkannya untuk tak mengeluh lagi dalam kehidupan.

Saya takpeduli jika harus bertepuk sebelah tangan. Saya tak tahu apakah saya menyukainya atau tidak. Saya bisa bertahan walaupun nanti tak sesuai dengan keadaan. Karena bukan rasa ingin memiliki yang ingin saya punya. Saya ingin punya rasa mencinta lagi kepada orang lain selain Hamburger. Dia bisa membuat saya sadar bahwa masih banyak laki-laki yang bisa saya cinta. Dulu, mungkin saya akan mengatakan tak ada laki-laki lain selain Hamburger. Tapi, kini saya katakan dengan mantap bahwa saya siap untuk jatuh cinta lagi.

Untuk kali ini, saya ingin cinta apa adanya, cinta karena kepribadian dan bukan cinta karena fisik.

28 Februari 2010
Pondok Mitra Lestari
Jatiasih, Bekasi
22.46 WIB

Tidak ada komentar: