6.15.2008

Pengamen kecil


" Kau hancurkan aku dengan sikapmu, Tak sadarkah kau tlah menyakitiku, lelah hati ini meyakinkanmu, cinta ini membunuhku "


Aku menyimak dan mendengarkan petikan lagu dari seorang bocah laki-laki yang mengamen dalam bis jurusan Bekasi-Kampung Rambutan. Meskipun fals tapi lagu yang dipopulerkan oleh d'Masiv ini sudah akrab di telingaku sehingga dengan khidmat aku berusaha menikmati aluan lagu tersebut. kemudian terbesit sebuah pertanyan dalam hatiku, "bagimana bocah ini yang umurnya tidak jauh berbeda dari usia adikku yang paling kecil bisa berada dalam bis ini. Bukankah seharusnya dia berada di sekolah untuk menuntut ilmu"

pandanganku terus tertuju kepada bocah itu,kuperhatikan dengan seksama, berusaha mencari apa yang salah dengan dirinya sehingga ia tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah. seharusnya, di usianya yang relatif muda, ia harus berada di sekolah, tempat untuk menuntut ilmu dan belajar, bukannya untuk mengamen demi sesuap nasi. Kulihat gurata-guratan di sudut matanya menunjukkan bahwa ia menerima beban yang seharusnya belum ia terima. Senyumannya menunjukkan bahwa ia tidak menyerah dengan keadaan yang memaksanya menjadi pengamen. Ia menerima itu semua seolah-olah kehidupan harus dijalani dan ada keindahan di balik kesengsaraan yang ia alami.

Dalam mata biasnya, aku melihat bahwa bocah pengamen kecil itu memiliki mimpi dan khayalan. Rasa penasaran menggelayuti pikiranku tentang apakah yang menjadi mimpi dan khayalannya. Mungkinkan ia ingin menjadi seorang penyanyi terkenal seperti Elvis Prestley ataukah ia berangan-angan untuk menjadi dokter yang senantiasa menolong orang. Apapun mimpi dan khayalannya, sang pengamen kecil itu sadar, dia hanya bisa bermimpi dan berkhayal tanpa sanggup untuk mewujudkannya. Karena ia terlalu sibuk untuk bekerja demi kelangsungan hidupnya. Mimpinya hancur karena pendidikan terlalu mahal baginya. Baginya, pendidikan ibarat bulan yang sulit untuk direngkuh, hanya dapat dinikmati dengan mata pengamen kecil itu.

Melihat kondisi seperti ini, siapakah yang harus disalahkan, Apakah pemerintah yang buruk tidak dapat menciptakan kehidupan perekonomian yang baik sehingga hanya kalangan tertentu yang dapat menikmati fasilitas pendidikan ataukah orang tua yang tidak dapat memberikan kehidupan yang baik untuk anak-anak mereka. Para orang tua yang telah menyerah dengan nasib dan kehidupan.

Ah, aku tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Aku hanya ingin menikmati bocah lelaki itu. Aku hanya ingin menikmati alunan lagunya untuk menghilangkan kecemasanku bahwa kemacetan membuat aku terlambat datang ke tempat interview kerja. Aku tertarik dengan segala tindak tanduknya, bagimana ia memetik gitar dan secara luwes untuk menarik perhatian penumpang agar mau memperhatikan dirinya. Kekagumanku semakin bertambah ketika ia melayangkan senyumnya yang tulus kepada para penumpang.

Lamunanku terhenti ketika salah seorang penumpang di sebelahku mengeluhkan tentang bagimana berisiknya pengamen itu sehingga ia tidak dapat bertelpon ria dengan bebas. Segera kupalingkan wajah ke arah penumpang itu. Aku memandang heran dan sinis kepadanya. Dimana hati nurani penumpang itu sehingga bersikap egois. Bocah itu hanya ingin mengamen untuk mencari nafkah secara halal. Tidak ada hal lainnya yang ia perbuat untuk melanjutkan hidupnya. mimpinya telah direngut darinya, lantas apakah ia sekarang harus dilukai hatinya hanya karena bernyanyi. Apa yang dilakukan oleh pengamen kecil itu lebih mulia daribada pejabat yang korup. Lantuanan lagu yang fals lebih indah untuk didengarkan daripada perkataan indah pejabat tetapi hanya menipu dan membohongi rakyat. Bukan pengamen itulah yang menjadi pengganggu melainkan pejabat korup yang mengganggu bangsa ini. Tikus-tikus berkerah putih itulah yang harus dikeluhkan dan bukan bocah polos yang berpakaian usang yang sedang bernyanyi.

Akhirnya aku harus mengakhiri rute perjalananku dan melanjutkan lagi dengan menggunakan bussway. Aku melangkahkan kaki keluar dari bis itu dan menatap pengamen kecil itu untuk terakhir kalinya. " selamat tinggal pengamen kecil. Terima kasih karena telah menghiburku dengan alunan lagumu. Sampai jumpa lagi dalam perjalananku selanjutnya ", kataku.

Tidak ada komentar: