6.17.2008

Seandainya aku menjadi jaksa

Hanya satu kata untuk menggambarkan lembaga kejaksaan negeri kita, yakni bobrok. Jika kita melihat berita di telivisi, koran atupun majalah, hampir semua jaksa terlibat dalam kasus suap, entah itu kasus korupsi atau kasus hukum lainnya. Keterlibatan para jaksa ini mengindikasikan bahwa hukum itu bisa dipermainkan oleh mereka yang berkuasa dan berwenang seperti memindahkan bidak-bidak catur dari satu kotak ke kotak lainnya. Bahkan atas nama hukum, para tersangka kasus hukum justru akan mendapatkan kebebasan sebebas burung yang terbang di angkasa, asalkan mereka dapat memberi harga yang pantas untuk ditukar dengan kebebasan itu. Ah, ingin rasanya aku berkhayal menjadi jaksa.

Seandainya aku menjadi jaksa,
aku pasti akan kaya raya

Seandainya aku menjadi jaksa,
Aku akan memiliki rumah mewah

Seandainya aku menjadi jaksa,
Mobilku akan berderet-deret di garasi

Seandainya aku menjadi jaksa,
Pakaian bermerek adalah koleksiku

Seandainya aku menjadi jaksa,
Aku akan pergi ke Disneyland

Seandainya aku menjadi jaksa,
Aku akan liburan Hawai

Seandainya aku menjadi jaksa,
Aku akan nonton Euro 2008 di Swiss dan Austria

Seandainya aku menjadi jaksa,
Setiap minggu aku akan belanja ke Singapura

Hmmmm......
Enaknya berkhayal menjadi jaksa. Dengan memiliki uang banyak hasil suapan, aku pasti bisa mendapatkan apa saja yang aku mau. Semua hal di Indonesia bisa dibeli termasuk hukum, bahkan seseorang juga bisa membeli keimanan. Sehingga tidak salah jika aku melakukan ini karena aku hanya mengikuti jejak orang lain sebagai pioneerku seperti mata rantai yang saling berkaitan dan sulit untuk diputuskan kecuali dengan menggunakan gunting kejujuran.

Seandainya aku menjadi jaksa,
aku akan memiliki villa dan apartemen mewah, tanpa peduli rakyat di luar sana banyak yang membutuhkan tempat tinggal.

Seandainya aku menjadi jaksa,
aku akan makan enak, tanpa peduli rakyat di luar sana banyak yang kelaparan

Seandainya aku menjadi jaksa,
aku akan membela orang yang membayarku tanpa peduli rakyat di luar sana membutuhkan keadilan.

Seandainya aku menjadi jaksa,
aku akan memanfaatkan mereka-mereka yang terkena sengketa hukum tanpa peduli pada aturan-aturan dan norma-norma hukum.

Seandainya aku menjadi jaksa,
aku akan membohongi rakyat, kutipu mereka dengan kata-kata manisku tanpa peduli nilai-nilai kejujuran yang harus kujunjung dalam profesiku.

Seandainya aku menjadi jaksa,
aku akan cuek-cuek saja dengan komentar orang-orang tanpa peduli hinaan, cacian dan makian yang diarahkan kepadaku.

Itulah khayalanku jika seandainya aku menjadi jaksa. Bagimana tidak, profesi sebagai jaksa akan mendatangkan banyak uang. Keuntungan berupa imbalan terima kasih yang jumlahnya bahkan melebihidari gaji pokok seorang jaksa pasti akan diperoleh. Sebagai jaksa, aku pasti bahagia karena aku tidak akan takut jatuh miskin. Bahan pangan ataupun harga BBM yang melambung tinggi tidak akan berpengaruh buatku, karena kehidupanku sudah makmur. Hampir semua hal telah kukhayalkan, tapi ada satu hal yang terlewat olehku yakni:

Seandainya aku menjadi jaksa,
apakah aku tidak takut akan Tuhan?

(ps:tulisan ini sebagai refleksi kekecewaan penulis terhadap para jaksa yang menyalahgunakan wewenangnya. ucapan terima kasih buat jaksa urip yang telah menginspirasi penulis untuk menulis ini)

Tidak ada komentar: